1.
Hindu dan Budha
A. Hindu
1.
1 Teori masuknya hindu budha di indonesia
Adanya hubungan dagang antara Indonesia dengan India berpengaruh
besar terhadap masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Agama Budha
disebarluaskan ke Indonesia oleh para Biksu, sedangkan mengenai pembawa adama
Hindu ke Indonesia sejarawan mengemukakan teori sebagai berikut :
1.
Teori Brahmana,
Dengan
melihat unsur-unsur budaya India yang berpengaruh ke Indonesia, J.C. van Leur mengutarakan bahwa
kaum brahmana sangat berperan dalam penyebaran agama dan kebudayaan Hindu ke
Indonesia. Mereka datang atas undangan para penguasa Indonesia. Kaum brahmana
diundang ke Indonesia untuk melakukan upacara khusus menjadikan seseorang
menjadi pemeluk Hindu yang disebut vratyasoma.
2.
Teori tKsatria
Teori
ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch.
Ia menyatakan bahwa adanya raja-raja dari India yang datang menaklukan
daerah-daerah tertentu di Indonesia telah mengakibatkan penghinduan penduduk
setempat. Terhadap teori ksatria, van Leur mengajukan keberatan. Menurutnya,
jika memang raja-raja India pernah menaklukan daerah di Indonesia, maka hal itu
akan dicatat dalam sumber-sumber sejarah baik di India maupun di Indonesia.
Raja-raja India biasanya membangun sebuah tugu kemenangan yang disebut jayastamba.
3.
Kasta Waisya
Menurut
N.J. Krom, golongan pedagang dari
kasta waisya merupakan golongan terbesar yang dtang ke Indonesia. Mereka
menetap di Indonesia dan kemudian memegang peran penting dalam proses
penyebaran kebudayaan India.
4.
Teori Sudra
Teori
ini menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kasta sudra. Mereka
datang ke Indonesia dengan tujuan mengubah kehidupan karena di India mereka
hanya hidup sebagai pekerja kasar dan budak.
5.
Teori
campuran
Teori ini
beranggapan bahwa baik kaum brahmana, ksatria, para pedagang, maupun golongan
sudra bersama-sama menyebarkan agama Hindu ke Indonesia sesuai dengan peran
masing-masing.
1.2 Pembentukan kasta
Pada sekitar tahun 1500
sebelum masehi, bangsa Arya berhasil menaklukan bangsa Dravida di India.
Kemudian lahir agama Hindu yang merupakan gabungan antara kepercayaan bangsa
Arya dan kepercayaan bangsa Dravida.
Agama Hindu mempunyai banyak
dewa, namun yang lebih terkenal adalah Trimurti yang terdiri dari Dewa Brahmana
(Dewa Pencipta), Dewa Syiwa (Dewa Perusak) dan Dewa Wisnu (Dewa Pelindung).
Ada 4 kasta dalam agam
hindu,diantaranya :
1. Kasta Brahmana, merupakan
kasta tertinggi dan bertugas untuk menjalankan upacara-upacara keagamaan. Yang
termasuk dalam kasta ini adalah para Brahmana.
2. Kasta Ksatria, bertugas
untuk menjalankan roda pemerintahan. Yang termasuk kasta ini adalah para raja,
prajurit dan bangsawan.
3. Kasta Waisya, merupakan
kasta dari golongan rakyat jelata seperti para petani dan pedagang.
4. Kasta Sudra, kasta yang
paling rendah seperti para budak.
Tujuan dari pembentukan kasta
adalah untuk menjaga kemurnian ras bangsa Arya yang dianggap ras paling baik,
dibandingkan dengan ras bangsa Dravidayang dianggap paling rendah
B.
Budha
Pada awalnya, Budha bukan
merupakan sebuah agama, tetapi hanya merupakan suatu paham (aliran) dalam agama
Hindu yang disebut Budhisme. Ajaran Budhisme muncul sebagai protes terhadap
sistem perbedaan kasta, terutama terhadapn kasta Brahmana yang dianggap terlalu
banyak mempunyai hak-hak istimewa, dan kasta-kasta lain yang dianggap terlalu
membedakan kedudukan seseorang.
Paham Budhisme dikembangkan
oleh Sidharta Budha Gautama, seorang putra raja Sudhodana dari kerajaan
Kapilawastu, yang termasuk suku bangsa Sakya. Yang kemudian ajarannya
berkembang menjadi agama Budha.
Seluruh ajaran agama Budha
terdapat dalam kitab Tripitaka, yang terdiri atas :
1. Winayapitaka, berisi
tentang peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluk agama
Budha.
2. Sutrantapitaka, berisi
tentang wejangan-wejangan dari sang Budha.
3. Abhidharmapitaka, berisi
tentang penjelasan dan uraian mengenai agama Budha.
C. Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu Budha di
Indonesia
Proses masuknya pengaruh
agama Hindu dan Budha ke Indonesia terjadi sekitar abad ke 4 masehi melalui
hubungan perdagangan dengan para pedagang dari India. Hal ini diperkuat dengan
diketemukannya prasasti peninggalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur dan kerajaan
Tarumanegara di Jawa Barat. Masyarakat Indonesia yang paling awal menerima
pengaruh dan menganut agama Hindu adalah para raja beserta keluarganya,
bangsawan dan prajurit, karena merupakan kasta yang terhormat, baru kemudian
rakyat jelata.
Agama Hindu dan Budha yang
berkembang di Indonesia berbeda dengan yang berkembang di India. Agama dan
kebudayaan Hindu Budha disesuaikan dengan kebudayaan dan kepercayaan asli
bangsa Indonesia yang berintikan pada ajaran pemujaan roh leluhur (animisme dan
dinamisme). Dalam bidang sastra pun terjadi penyesuaian misalnya huruf Pallawa
berubah menjadi huruf Kawi dan huruf Jawa Kuno. Demikian pula dalam bentuk dan
seni bangunan, candi di Indonesia berbeda dengan di India.
D. kerajaan-kerajaan hindu Budha
Di Indonesia
1. Kerajaan Kutai di Kalimantan
Timur
Kerajaan Kutai berdiri sekitar tahun 400-500 masehi, dengan
pusat pemerintahan terletak di aliran sungai Mahakam Kalimantan Timur. Kerajaan
Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia dan kerajaan bercorak Hindu.
Raja
pertamanya adalah Kudungga, sedangkan raja yang terkenal adalah Raja
Mulawarman, anak dari Aswawarman, cucu dari Kudungga.
Raja Mulawarman adalah penganut Hindu Syiwa. Hal ini dibuktikan
dengan adanya bukti dari salah satu prasastinya yang menyebutkan tempat suci
Waprakeswara, yaitu tempat suci yang selalu berhubungan dengan Trimurti
(Brahmana, Wisnu dan Syiwa).
Sumber sejarah kerajaan Kutai berupa tujuh buah Yupa (tugu batu
bertulis untuk peringatan upacara korban) yang diketemukan di Muarakaman daerah
aliran sungai Mahakam. Yupa ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan
berbahasa Sansakerta.
Kerajaan Kutai mengalami perkembangan yang pesat karena letaknya
yang strategis, yaitu sebagai persinggahan kapal-kapal yang menempuh perjalanan
melalui selat Makasar.
2.
Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat
sungai Gomati oleh Purnawarman yang dimaksudkan uintuk
menghindari bencana banjir dan kekeringan yang terjadi di musim kemarau.
Kerajaan Tarumanegara berdiri sekitar abad ke 5 masehi, dengan
pusat kerajaan di Lembah Sungai Citarum Bogor, Jawa Barat. Kerajaan
tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua di Jawa Barat. Raja yang terkenal
bernama Purnawarman.
·
Sumber sejarah kerajaan Tarumanegara berupa :
a. Prasasti Ciaruteun, diketemukan di Bogor. Pada prasasti ini
terdapat bekas telapak kaki Raja Purnawarman yang beragama Hindu.
b. Prasasti Kebon Kopi, diketemukan di Bogor
c. Prasasti Jambu, diketemukan di Bogor. Berisi tentang nama
raja kerajaan Tarumanegara yang bernama Purnawarman.
d. Prasasti Pasir Awi, diketemukan di Bogor
e. Prasasti Muara Cianten, diketemukan di Bogor
f. Prasasti Tugu, diketemukan di Cilincing, Jakarta. Berisi
tentang letak ibukota kerajaan Tarumanegara.
g. Prasasti Cidanghiang (Munjul), diketemukan di Lebak, Banten.
Kerajaan
Tarumanegara sudah mengenal sistem irigasi dan pencegahan banjir yang baik, hal
ini terungkap melalui prasasti Tugu, yang menerangkan penggalian sungai
Cabdraraga oleh Rajadirajaguru dan penggalian
3. Kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Tengah dan Jawa Timur
Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad ke 8 masehi atau
sekitar tahun 732 masehi, dengan pusat kerajaan di Medang Kamulan sedangkan
wilayah kekuasaannya meliputi Magelang, Muntilan, Sleman dan Yogyakarta. Raja
pertamanya adalah Raja Sanjaya, seorang penganut Hindu.
·
Sumber sejarah utama
kerajaan Mataram Kuno :
a. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal
diketemukan di Gunung Wukir, berangka 732 masehi, yang ditulis dengan huruf
Pallawa dan menggunakan bahasa Sansakerta. Prasasti ini menceritakan tentang pendirian
sebuah Lingga di desa Kunjarakunja yang bertujuan untuk memuja dewa Syiwa.
Dalam prasasti ini juga dijelaskan bahwa sebelum Sanjaya naik takhta, pulau
Jawa diperintah oleh Raja Sanna.
b.
Prasasti Kedu atau Prasasti Balitung atau Prasasti Mantyasih
Prasasti ini terbuat
dari perunggu dan berangka tahun 907 masehi. Prasasti ini berisi tentang
pengganri Raja sanjaya, yaitu Rakai Panangkaran, selai itu dalam prasasti ini
juga disebutkan tentang nama-nama raja Mataram kuno.
Agama
Budha masuk ke Jawa Tengah pada masa pemerintahan Raja Panangkaran, dan dari
keturunan Syailendra sudah ada yang memeluk agama Budha. Setelah kekuasaan
Panangkaran berakhir, keluarga Syailendra terpecah menjadi dua.
a.
Kerajaan Mataram Kuno yang Bercorak Hindu
Daerah kekuasaannya
berada di Jawa Tengah bagian utara. Raja-rajanya yaitu Panunggalan, Warak
Garung, dan Rakai Pikatan. Raja-rajanya termasuk kedalam Dinasti Sanjaya.
Peninggalan yang berupa candi, yaitu komplek Candi Dieng (Candi Bima, Candi
Arjuna, Candi Puntadewa, Candi Nakula dan Candi Sadewa) yang dibangun oleh
Dinasti Sanjaya.
b.
Kerajaan Mataram Kuno yang Bercorak Budha
Deerah kekuasaannya
berada di Jawa Tengah bagian selatan. Raja-rajanya yaitu, Dharanendra,
Samaratungga, Pramodhawardhani dan Balaputradewa. Raja-rajanya termasuk Dinasti
Syailendra. Peninggalannya berupa candi, yaitu Candi Sewu, Candi Sari, Candi
Pawon, Candi Mendhut, Candi Kalasan dan Candi Borobudur yang dibangun oleh
Dinasti Syailendra.
Kerajaan
Mataram Kuno disatukan kembali pada masa rakai Pikatan, karena Rakai Pikatan
dari kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Hindu menikah dengan Pramodhawardhani
putri dari Dinasti Syailendra dari kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Budha.
Saat itu kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Budha dipimpin oleh Balaputradewa,
maka terjadi pertempuran atau perang saudara antara Pramodhawardhani dengan
suaminya (Rakai Pikatan) di satu pihak, melawan Balaputradewa di pihak yang
lain. Pada tahun 856 masehi Rakai Pikatan berhasil mengalahkan Balaputradewa,
yang kemudian melarikan diri ke Sumatera dan menjadi Raja Sriwijaya.
Setelah
Rakai Pikatan wafat digantikan oleh Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, Raja
Daksa, Raja Tulodong dan Raja Wawa (merupakan Dinasti Sanjaya yang terakhir).
Pada tahun 929 masehi,
ibukota kerajaan Mataram Kuno dipindahkan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur oleh
Mpu Sindok, dan berganti nama menjadi Kerajaan Medang dengan pusat
pemerintahannya di antara Gunung Semeru dan Gunung Wilis. Mpu Sindok merupakan
raja pertama dari Dinasti Isyana.
4. Kerajaan Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan
Kerajaan Sriwijaya yang
berpusat di Palembang berdiri pada abad ke 7 masehi.
Sumber sejarah kerajaan
Sriwijaya :
1)
Dari dalam negeri
1)
Prasasti Kedukan Bukit (683 m)
Ditemukan di Palembang,
menceritakan tentang Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang melakukan perjalanan suci
dengan perahu dari Minanga Tamwan dengan diiringi oleh 20.000 tentara, dan
kemudian membangun kota yang diberi nama Sriwijaya.
2)
Prasasti Talang Tuo (684 m)
Ditemukan di sebelah
barat Palembang, menceritakan tentang pembuatan Taman Srikseta oleh Dapunta
Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran rakyat.
3)
Prasasti Telaga Batu
Ditemukan di Palembang,
menceritakan tentang kutukan-kutukan yang sangat menyeramkan terhadap siapa
saja yang melakukan tindak kejahatan dan tidak taat terhadap perintah raja.
4)
Prasasti Karang Berahi (686 M)
Ditemukan di Karang
Berahi, Jambi Hulu, menceritakan tentang permintaan kepada dewa untuk menghukum
setiap orang yang bermaksud jahat terhadap kerajaan Sriwijaya.
5)
Prasasti Kota Kapur (686 M)
Ditemukan di kota Kapur
pulau Bangka, menceritakan tentang usaha kerajaan Sriwijaya untuk menaklukan
kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
6)
Prasasti Palas Pasemah
Ditemukan di Palas
Pasemah, Lampung Selatan dan menceritakan tentang didudukinya daerah Lampung
selatan oleh Sriwijaya pada akhir abad ke 7 masehi.
2)
Dari luar negeri
2.
Prasasti Ligor (Malaysia) tahun775 M
Berisi tentang
pembangunan Trisamaya Catya dan Raja yang memerintah bernama Wisnu dari Dinasti
Syailendra
2.
Prasasti Kanton (Cina)
Berisi tentang bantuan
kerajaan Sriwijaya dalam memperbaiki sebuah kuil agama Thoo di Kanton, Cina.
3.
Berita dari Cina
Ditulis oleh seorang
Pendeta Budha bernama I-Tsing.
5. Kerajaan Kediri di Jawa Timur
Kerajaan Kediri berpusat
di Daha.
·
Raja-raja yang memerintah :
a. Jayawarsa
b. Bameswara
c. Jayabaya (1135 – 1157
M)
Empu
Sedah menulis kitab Kakawin Bharatayudha yang kemudian dilanjutkan oleh Empu
Panuluh. Selain itu Empu Panuluh juga menulis kitab Gatotkaca Sraya dan
Hariwangsa.
d. Sarmeswara (1159 –
1161 M)
e. Aryeswara (1169 –
1171 M)
Membuat lencana kerajaan
yang diberi nama Ganesha.
f. Kameswara (1182 –
1185 M)
Empu Tanakung mengarang
kitab Wirta Sancaya dan Empu darmaja mengubah Kakawin Smaradhana.
g. Kertajaya (1190 –
1222 M)
Lencana kerajaannya
bernama Sangka (siput terbang) dan Garudhamuka.
6. Kerajaan Singasari di Jawa Timur
Didirikan oleh Ken Arok,
dan membangun Dinasti baru yang bernama Dinasti Rajasa.
·
Raja-raja yang memerintah :
a.
Ken Arok (1222 – 1227 M)
Merupakan pendiri
kerajaan Singosari setelah mengalahkan kerajaan Kediri pada masa pemerintahan
Kertajaya pada tahun 1222 M. Sumber sejarah mengenai Ken Arok dapat ditemui
pada kitab Phararaton dan Negarakertagama.
b.
Anusapati (1227 – 1248 M)
Membunuh Ken Arok karena
Ken Arok telah membunuh ayahnya (Raja Tunggul Ametung).
c.
Tohjoyo (1248 M)
Anak dari Ken Arok,
karena dendam maka Tohjoyo membunuh Anusapati.
d.
Ranggawuni ( 1248 – 1268 M)
Memerintah setelah
membunuh Tohjoyo.
7. Kerajaan Majapahit di Jawa Timur
·
Beberapa faktor yang munculnya kerajaan Majapahit :
a.
Munculnya tokoh-tokoh negarawan seperti Raden Wijaya dan Gajah
Mada.
b.
Tidak ada saingan kerajaan lain di Indonesia.
c.
Di luar Indonesia tidak
ada lagi kerajaan besar.
d.
Letaknya yang strategis.
·
Sumber sejarah tentang Kerajaan Majapahit :
a.
Kitab Sutasoma karya Empu Tantular yang didalamnya terdapat
kalimat Bhineka Tunggal Ika.
b.
Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca yang berisi tentang
silsilah kerajaan Singosari dan Majapahit.
c.
Kitab Pararaton
d.
Kitab Ying Yai Shing-Lan karya dari Ma-Huan dari Cina.
·
Raja-raja yang memerintah :
a.
Raden Wijaya (1293 – 1309 M)
b.
Jayanegara atau Kala
gemet (1309 – 1328 M)
Pada
masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan, diantaranya :
1)
Pemberontakan Ranggalawe di Tuban (1309 M)
2)
Pemberontakan Sora (1311 M)
3)
Pemberontakan Nambi ( 1316 M)
4) Pemberontakan Semi (1318 M)
5) Pemberontakan Kuti (1319 M)
c.
Tribhuana Tunggadewi (1328 – 1350 M)
Pada masa
pemerintahannya Terjadi pemberontakan Sadeng yang dapat ditumpas oleh Gajah
Mada. Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih di kerajaan
Majapahit.
d.
Hayam Wuruk (1350 – 1389 M)
Menjadi raja saat
berusia 16 tahun, dan kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa
pemerintahan Hayam Wuruk. Sistem pemerintahannya sudah teratur dengan sangat
baik seperti adanya Sapta Prabu, Dewan Menteri Besar dan Dewan Menteri di
tingkat pusat, kemudian Bupati di tingkat tengah dan kepala desa di tingkat
bawah.
e.
Wikramawardhana (1389 – 1429 M)
Terjadi perang saudara
yang lebih dikenal dengan Perang Paregreg.
·
Faktor-faktor yang menyebabkan hancurnya Kerajaan Majapahit :
a.
Perang saudara
b.
Masuknya agama Islam
c.
Tidak adanya tokoh yang mampu memimpin dengan baik.
·
Peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit :
a.
Candi Jabung (Kraksaan, Probolinggo)
b.
Candi Tigawangi dan Candi Surawana (Pare, Kediri)
c.
Candi Tikus (Trowulan, Mojokerto)
d. Candi Panataran, Candi Sawentar dan Candi Sumberjati (Blitar)
E.
peninggalan-peninggalan kerajaan hindu Budha hingga saat ini
Pada
masa kerajaan Hindu-Budha di Nusantara, banyak meninggalkan sumber sejarah,
baik berupa bangunan kuno (seni bangun), prasasti, hasil kesusastraan. Berikut
beberapa peninggalan sejarah yang bercorak Hindu- Budha.
a. Seni bangun
Peninggalan-peninggalan
sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian, pemandian, keraton,
makam. Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang bersifat Hindu,
sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika. Diantara candi-candi Hindu,
di Jawa Tengah terdapat Candi Prambanan.
Candi
Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu yang didirikan abad ke VIII
M. Candi ini terletak di desa Prambanan Sleman, Jogjakarta. Candi ini adalah
candi Hindu. Fungsinya adalah sebagai tempat pemujaan (kuil). Candi ini terdiri
dari Candi Siwa, Candi Brahma dan Candi Wisnu. Bangunan candi yang tertinggi
adalah yang di tengah yang bersifat Siwa. Pada ruangan candi kita menemukan
arca Durga Mahisasuramardini. Arca ini juga dikenal juga dengan nama Roro
Jongrang. Pada dinding candi Prambanan terdapat relief yang menggambarkan
cerita Ramayana. Selain candi Prambanan di Jawa Tengah masih terdapat candi
Hindu di Jawa Tengah seperti candi Gedong Sango, percandian Dieng, Ratu Baka,
Candi Kalasan dan sebagainya. Di Jawa Timur terdapat candi Singasari, candi
Kidal, Candi Panataran, dan kompleks percandian di Trowulan Mojokerto.
Disamping
candi Hindu, juga terdapat banyak peninggalan yang bersifat Budhis. Pada masa
kerajaan Sriwijaya ditemukan candi Muara takus di daerah Jambi. Di Jawa Tengah
ada Stupa Borobudur, candi Mendut dan candi Pawon. Bangunan-bangunan ini
berfungsi sebagai tempat ibadah. Sampai sekarang peninggalan-peninggalan
tersebut masih dipergunakan oleh umat Budha untuk pelaksanaan upacara memperingati
hari Waisak.
Peninggalan-peninggalan
sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian, pemandian, keraton,
makam. Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang bersifat Hindu,
sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika. Candi Prambanan
merupakan peninggalan yang bersifat Hindu sedangkan Stupa Borobudur bersifat
Budha. Kedua monumen tersebut terletak di Jawa Tengah.
Di
samping ke dua bangunan bersejarah tersebut, berikut beberapa peninggalan
sejarah dari masa Hindu dan Budha yang pernah diketemukan seperti yang tertera
berikut:
b. Seni Rupa dan Seni
Ukir.
Pengaruh
India membawa perkembangan dalam bidang seni rupa dan seni ukir atau pahat. Hal
ini disebabkan adanya akulturasi. Misalnya relief yang dipahatkan pada dinding
candi Borobudur yang merupakan relief tentang riwayat Sang Budha. Relief ini
dikenal dengan Karma Wibangga yang dipahatkan dalam salah satu dinding Studa
Borobudur.
c. Seni Sastra dan
Aksara
Hasil
sastra berbentuk prosa atau puisi : isinya antara lain tentang tutur (pitutur :
kitab keagamaan), wiracarita (kepahlawanan), kitab Hukum (Undang-Undang).
Wiracarita
yang terkenal di Indonesia yaitu Kitab Ramayana dan Mahabarata. Timbul
wiracarita gubahan pujangga Indonesia. Misalnya, Kitab Baratayuda yang digubah
oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.
Perkembangan
aksara, perkembangan huruf Pallawa dari India ke Indonesia, mengakibatkan
berkembangnya karya-karya sastra. Misal, karya-karya sastra Jawa kuno. Huruf
Nagari (dari India) disertai huruf Bali kuno (dari Indonesia).
d. Sistem
Kemasyarakatan.
Sistem
kasta merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajad orang
yang bersangkutan. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini
muncul dalam masyarakat Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat
empat kasta yaitu kasta Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra. Sistem kasta ini
bukan asli Indonesia.
e. Filsafat dan Sistem
Kepercayaan.
Kepercayaan
asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme. percaya adanya kehidupan
sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan
maka roh nenek moyang dipuja.
Masuknya
pengaruh India tidak menyebabkan pemujaan terhadap roh nenek moyang hilang. Hal
ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di India sebagai tempat
pemujaan. Di Indonesia, selain sebagai tempat pemujaan, candi juga berfungsi
sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah wafat.
Dapat
terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan diatasnya
didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa. Hal tersebut merupakan perpaduan
antara fungsi candi di India dengan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
f. Sistem Pemerintahan
Pengaruh
India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan
secara sederhana. Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut
diubah menjadi raja serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan
dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di
Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.
Bukti
akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan
dipandang punya kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah
menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.
2.
ISLAM
2.1 Teori Masuknya Islam ke Indonesia
Islam
merupakan agama dengan pemeluk terbesar di Indonesia. Hal tersebut tidak
terlepas dari usaha para juru dakwah agama Islam dalam melakukan islamisasi di
Indonesia. Islamisasi adalah istilah umum yang biasa dipergunakan untuk
menggambarkan proses persebaran Islam di Indonesia pada periode awal (abad 7-13
M), terutama menyangkut waktu kedatangan, tempat asal serta para pembawanya,
yang terjadi tidak secara sistematis dan terencana. Inilah definisi
islamisasi yang dimaksud dalam tulisan ini. Metodologi tulisan ini
sepenuhnya merupakan penelitian kepustakaan (library research). Di sini penulis
akan mencoba menguraikan beberapa pandangan mengenai teori Islamisasi di
Indonesia secara deskriptif-analitis. Pembahasan mengenai masuknya Islam ke
Indonesia sangat menarik terkait dengan banyaknya perbedaan pendapat di
kalangan sejarawan. Masing-masing pendapat menggunakan berbagai sumber, baik
dari arkeologi, beberapa tulisan dari berbagai sumber. Ada tiga pendapat
tentang waktu masuknya Islam di Nusantara yaitu :
·
Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:
a. Seminar
masuknya islam di Indonesia (di Aceh) sebagian dasar adalah catatan perjalanan
Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja
Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada
koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.
b. Seminar
mengenai Masuknya Islam ke indonesia di medan pada Ahad 21-24 Syawal 1382 H
(17-20 maret 1963 H) yang salah satu kesimpulannya adalah Islam telah masuk ke
Indonesia langsung dari Arab.
c. Dari Harry W.
Hazard dalam Atlas
of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke
Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu
singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.
d. Dari Gerini
dalam Futher
India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa
kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun
606-699 M.
e. Prof. Sayed
Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian
Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin
sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.
f.
Prof. Sayed Qodratullah
Fatimy dalam Islam
comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum
Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.
g. Prof. S.
muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnya berjudul Islam di India dan
hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis
menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum
muslimin Indonesia.
h. W.P.
Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese
sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang
memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674).
(Ta Shih = Arab Muslim).
i. T.W. Arnold dalam buku The Preching
of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith,
menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah
(Abad 7 M).
·
Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:
Satu-satunya sumber
ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu
makam Fatimah Binti Maimun dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati
huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)
·
Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:
a) Catatan
perjalanan Marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam
Ferlec (mungkin Peureulack) di Aceh, pada tahun 1292 M.
b) K.F.H. van
Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin
Pasai) di aceh pada 1298 M.
c) J.P. Moquette
dalam De Grafsteen
te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten,
menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.
d) Beberapa
sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih
cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13.
e) Pendapat ini
juga disampaikan oleh N.H. Krom dan Van Den Berg. Namun, pendapat ini
memperoleh sanggahan dari : H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Sayeg Alwi
bin Tahir Alhada, H.M Zainuddin, Hamka, Djuned Parinduri, T.W. Arnold yang
berpendapat Islam masuk ke Indonesia telah dimulai sejak abad ke-7 M.
Mengenai
tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para
sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara
mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar:
Pertama,
teori Gujarat. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui
peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M.
Kedua,
teori Mekkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah
melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M.
Ketiga,
teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia
yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad
ke-13 M.
Jika
teori tersebut ditelaah lebih jauh, pendapat yang muncul akan cukup beragam.
Bahkan beberapa diantaranya ada yang menyatakan bahwa Islam berasal dari Cina.
Terkait
teori yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari anak benua India,
misalnya, ternyata sejarawan tidak satu kata mengenai wilayah Gujarat. Pendapat
Pijnappel yang juga disokong oleh C. Snouck Hurgronje, J.P. Moquette, E.O.
Winstedt, B.J.O. Schrieke, dan lain-lainnya tersebut ternyata berbeda dengan
yang dikemukakan oleh S.Q. Fatimi dan G.E. Morison. Pijnapel, seorang ahli
Melayu dari Universitas Leiden, Belanda, mengemukakan teori ini pada tahun
1872.
Menurut
Azyumardi Azra teori ini diambil dari terjemahan Perancis tentang catatan
perjalanan Sulaiman, Marco polo dan Ibnu Battutah. Kesimpulan catatan Sulaiman
menyebutkan bahwa Islam di Asia Tenggara dikembangkan oleh orang-orang Arab
yang bermazhab Syafii dari Gujarat dan Malabar di India. Oleh karena itu,
menurut teori ini, Nusantara menerima Islam dari India. Kenyataan bahwa
Islam di Nusantara berasal dari India menurut teori ini tidak menunjukkan
secara meyakinkan dilihat dari segi pembawanya. Sebagaimana dikemukakan
Pijnapel, bahwa Islam di Nusantara berasal dari orang-orang Arab yang bermazhab
Syafii yang bermigrasi ke Gujarat dan Malabar. Pijnappel sebenarnya memandang
bahwa Islam di Nusantara disebarkan oleh orang-orang Arab. Pandangan ini cukup
memberikan pengertian bahwa pada hakekatnya penyebar Islam di Nusantara adalah
orang-orang Arab yang telah bermukim di India. Penjelasan ini didasarkan pada
seringnya kedua wilayah India dan Nusantara ini disebut dalam sejarah Nusantara
klasik. Dalam penjelasan lebih lanjut, Pijnapel menyampaikan logika terbalik,
yaitu bahwa meskipun Islam di Nusantara dianggap sebagai hasil kegiatan
orang-orang Arab, tetapi hal ini tidak langsung datang dari Arab, melainkan
dari India, terutama dari pesisir barat, dari Gujarat dan Malabar. Jika logika
ini dibalik, maka dapat dinyatakan bahwa meskipun Islam di Nusantara berasal
dari India, sesungguhnya ia dibawa oleh orang-orang Arab.
Pendukung
lain teori ini adalah Snouck Hurgronje. Ia berpendapat bahwa, ketika Islam
telah mengalami perkembangan dan cukup kuat di beberapa kota pelabuhan di anak
benua India, sebagian kaum Muslim Deccan tinggal di sana sebagai pedagang
perantara dalam perdagangan Timur Tengah dengan Nusantara. Orang-orang Deccan
inilah, kata Hurgronje, datang ke dunia Melayu-Indonesia sebagai penyebar Islam
pertama. Orang-orang Arab menyusul kemudian pada masa-masa selanjutnya.
Hubungan perdagangan Timur Tengah dan Nusantara menjadi entry point
untuk melihat kehadiran Islam di Nusantara. Tetapi karena secara geografis,
anak benua India berada di antara Nusantara dan Timur Tengah, maka dapat
dipastikan bahwa sebagian padagang Muslim Arab dan juga Persia singgah terlebih
dahulu di India sebelum mencapai Nusantara. Kenyataan ini tentu tidak diabaikan
Hurgronje, hanya saja ia menekankan peran bangsa India dalam penyebaran Islam
di Nusantara. Mengenai waktu kedatangannya, Hurgronje tidak menyebutkan secara
pasti. Ia juga tidak menyebutkan secara pasti wilayah mana di India yang
dipandang sebagai tempat asal datangnya Islam di Nusantara. Ia hanya memberikan
prediksi waktu, yakni abad ke-12 sebagai periode yang paling mungkin sebagai
awal penyebaran Islam di Nusantara. Dari segi metodologi sejarah,
ketidakpastian tentang waktu dan tempat adalah kesalahan fundamental, sehingga
argumentasi Hurgronje terlalu lemah, untuk tidak mengatakan keliru.
Dukungan yang cukup argumentatif atas
teori India disampaikan oleh W.F. Stutterheim. Ia menjawab aspek-aspek mendasar
dalam sejarah, tentang di mana (ruang) dan kapan (waktu). Dengan jelas, ia
menyebutkan Gujarat sebagai negeri asal Islam yang masuk ke Nusantara.
Pendapatnya didasarkan pada argumen bahwa Islam disebarkan melalui jalur dagang
antara Nusantara Cambay (Gujarat) Timur Tengah Eropa. Argumentasi ini diperkuat
dengan pengamatannya terhadap nisan-nisan makam Nusantara yang diperbandingkan
dengan nisan-nisan makam di wilayah Gujarat. Relief nisan Sultan pertama dari
kerajaan Samudera (Pasai), al-Malik al-Saleh (1297 H), menurut pengamatan
Stutterheim, bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan nisan yang
terdapat di Gujarat. Kenyataan ini cukup memberikan keyakinan pada dirinya
bahwa Islam datang ke Nusantara dari Gujarat. Demikian ia menjelaskan aspek
ruang kedatangan Islam ke Nusantara. Penjelasan ini cukup argumentatif dan didukung
data yang memadai, tetapi Stutterheim tidak memperhatikan proses Islamisasi di
Gujarat. Sebagaimana dijelaskan Marison, wilayah ini baru diislamkan satu tahun
setelah wafatnya sang Sultan, yaitu pada 1298 M. Pada saat bersamaan penyebaran
masyarakat Islam pada periode tersebut, ketika bangsa Mongol melebarkan
ekspansinya (Bagdad ditaklukan pada 1258 M), mereka mulai mencari daerah baru
bagi kehidupan mereka. Seandainya Stutterheim menyebutnya sebagai proses lebih
lanjut dari Islamisasi Nusantara, misalnya perkembangan Islam pada abad 14-16,
bisa jadi Gujarat ikut andil memberikan pengaruhnya di Nusantara mengingat
daerah itu (Gujarat) lebih dekat secara geografis ke wilayah Nusantara.
Walaupun terdapat kekurangan, teori yang dikemukakan Stutterheim mendapat
dukungan dari Moquette, sarjana asal Belanda.
Penelitian
Moquette terhadap bentuk batu nisan membawanya pada kesimpulan bahwa Islam di
Nusantara berasal dari Gujarat. Moquette menjelaskan bahwa bentuk batu nisan,
khususnya di Pasai mirip dengan batu nisan pada makam Maulana Malik
Ibrahim (822 H/1419 M) di Gresik Jawa Timur. Sedangkan bentuk batu nisan
di kedua wilayah itu sama dengan batu nisan yang terdapat di Cambay (Gujarat).
Kesamaan bentuk pada nisan-nisan tersebut meyakinkan Moquette bahwa batu nisan
itu diimpor dari India. Dengan demikian, Islam di Indonesia, menurutnya,
berasal dari India, yaitu Gujarat. Teori ini kemudian dikenal juga dengan teori
batu nisan.
Teori
lainnya yang menjelaskan bahwa Islam berasal dari anak benua India dikemukakan
oleh S.Q. Fatimi dan dikemukakan pula oleh Tome Pires. Ada beberapa alasan
mengapa kedua tokoh ini berkeyakinan bahwa Islam berasal dari Benggal (Bangladesh
sekarang). Tome Pires berpendapat bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai
adalah orang Benggali atau keturunan mereka. Pendapat ini disetujui oleh
Fatimi. Bahkan lebih jauh Fatimi menjelaskan, bahwa Islam muncul pertama kali
di Semenanjung Malaya adalah dari arah timur pantai, bukan dari barat Malaka,
melalui Kanton, Pharang (Vietnam), Leran dan Trengganu. Proses awal Islamisasi
ini, menurutnya, terjadi pada abad ke-11 M. Masa ini dibuktikan dengan
ditemukannya batu nisan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun yang
wafat pada tahun 475 H atau 1082 M di Leran Gresik. Menurut M.C. Ricklef, ini adalah
nisan kuburan Muslim tertua yang masih dapat ditemukan di wilayah ini.
Berkenaan
dengan teori batu nisan dari Stutterheim dan Moquette yang menyatakan Islam di
Nusantara berasal dari India, Fatimi menentang keras pendapat ini. Menurutnya,
bahwa menghubungkan seluruh batu nisan di Pasai dengan batu nisan dari Gujarat
adalah suatu tindakan yang keliru. Berdasarkan hasil pengamatannya, Fatimi
menyatakan, bentuk dan gaya batu nisan al-Malik al-Saleh berbeda dengan batu
nisan yang ada di Gujarat. Ia berpendapat, bentuk dan gaya batu nisan itu mirip
dengan batu nisan yang ada di Benggal. Oleh karena itu, batu nisan tersebut
pasti didatangkan dari Benggal, bukan dari Gujarat. Analisis ini dipergunakan
Fatimi untuk membangun teorinya yang menyatakan bahwa Islam di Nusantara
berasal dari Benggal. Tetapi terdapat kelemahan substansial pada Fatimi, bahwa
perbedaan mazhab fikih yang dianut muslim Nusantara, yaitu para pengikut mazhab
Syafii dengan para pengikut mazhab Hanafi tidak menjadi perhatiannya. Perbedaan
mazhab fikih ini menjadikan teori Fatimi lemah dan tidak cukup kuat diyakini
kebenarannya.
Marison,
dengan penjelasannya yang lebih komprehensif, mengidentifikasi Coromandel atau
Malabar sebagai daerah asal Islam di Nusantara dan itu terjadi pada akhir abad
ke 13 M. Ia tidak membangun teorinya berdasarkan kemiripan batu nisan yang
terdapat di beberapa tempat di Nusantara dengan yang ada di Gujarat, atau
bahkan di Benggal Menurutnya, kemiripan tersebut tidak harus menunjukkan bahwa
Islam Nusantara datang dari daerah-daerah tersebut. Argumentasi yang
diajukannya dibangun berdasarkan riwayat Melayu dan laporan Marcopolo. Menurut
berita-berita tersebut, ketika raja Pasai pertama wafat tahun 698 H/1297 M,
Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Cambay, Gujarat baru ditaklukan
penguasa Muslim satu tahun kemudian pada 699 H/1298 M. Sebelum Marison
mengemukakan pandangan ini, Arnold telah menyebutkan hal serupa. Marison,
dengan demikian, memperkuat pendapat Arnold yang menyebutkan bahwa Coromandel
dan Malabar merupakan daerah asal kedatangan Islam ke Nusantara. Arnold
mengemukakan pendapatnya berdasarkan kesaksian Ibnu Battutah ketika mengunjungi
kawasan ini pada abad ke-14 dan juga didasarkan pada kesamaan mazhab fikih di
antara keduanya, yaitu Syafiï.
Sedangkan
tentang teori bahwa Islam Indonesia berasal langsung dari Mekkah antara lain
dikemukakan oleh Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Nieman (1861), de Hollander
(1861), dan Verth (1878). Tokoh dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang
mendukung teori ini di antaranya Hamka, A. Hasymi, dan Syed Muhammad Naquib
Al-Attas.
Al-Attas
sebagai tokoh pendukung teori ini menyebutkan, bahwa aspek-aspek atau
kerakteristik internal Islam harus menjadi perhatian penting dan sentral dalam
melihat kedatangan Islam di Nusantara, bukan unsur-unsur luar atau aspek
eksternal. Karakteristik ini dapat menjelaskan secara gamblang mengenai bentuk
Islam yang berkembang di Nusantara. Lebih lanjut Al-Attas menjelaskan bahwa
penulis-penulis yang diidentifikasi sebagai India dan kitab-kitab yang dinyatakan
berasal dari India oleh sarjana Barat khususnya, sebenarnya adalah orang Arab
dan berasal dari Arab atau Timur Tengah atau setidaknya Persia. Sejalan dengan
hal ini, Hamka menyebutkan pula bahwa kehadiran Islam di Indonesia telah
terjadi sejak abad ke-7 dan berasal dari Arabia sedangkan T.W. Arnold dan
Crawford lebih didasarkan pada beberapa fakta tertulis dari beberapa pengembara
Cina sekitar abad ke-7 M, dimana kala itu kekuatan Islam telah menjadi dominan
dalam perdagangan Barat-Timur, bahwa ternyata di pesisir pantai Sumatera telah
ada komunitas muslim yang terdiri dari pedagang asal Arab yang di antaranya
melakukan pernikahan dengan perempuan-perempuan lokal. Pendapat ini didasarkan
pada berita Cina yang menyebutkan, bahwa pada abad ke-7 terdapat sekelompok
orang yang disebut Ta-shih yang bermukim di Kanton (Cina) dan Fo-lo-an
(termasuk daerah Sriwijaya) serta adanya utusan Raja Ta-shih kepada Ratu Sima
di Kalingga Jawa (654/655 M).
Sebagian ahli
menafsirkan Ta-shih sebagai orang Arab. Mengenai Raja Ta-shih tersebut, menurut
Hamka, adalah Muawiyah bin Abu Sufyan yang saat itu menjabat sebagai Khalifah
Daulah Bani Umayyah. Untuk meyakinkan asal usul Islam di Nusantara, seminar
seputar masalah ini telah digelar beberapa kali. Seminar Masuk dan berkembangnya
Islam di Indonesia telah diselenggarakan di Medan 17-20 Maret 1969 dan seminar
serupa juga diadakan di Aceh pada 10-16 Juli 1978 dan 25-30 September 1980.
Berdasarkan
hasil seminar-seminar tersebut, disimpulkan bahwa Islam masuk ke Nusantara langsung
dari Arabia, bukan India. Hasil seminar ini memperkuat teori bahwa Islam di
Nusantara berasal dari Arab sebagaimana ditegaskan Al-Attas dan didukung oleh
sejarawan Indonesia, seperti Hamka dan Muhammad Said. Kehadiran orang-orang
Islam yang berasal dari Timur Tengah ke Nusantara(kebanyakan adalah dari Arab
dan Persia) menurut Azyumardi Azra, ahli Islam di Asia Tenggara, terjadi pada
abad ke-7.
Masa-masa
awal kehadiran Islam pertama kali dilaporkan oleh seorang agamawan dan
pengembara terkenal dari Cina, bernama I-Tsing. Ia menginformasikan bahwa pada
51 H/671 M, ia menumpang kapal Arab dan Persia untuk berlayar dari Kanton dan
berlabuh di pelabuhan muara sungai Bhoga, yang disebut juga Sribhoga atau
Sribuza, yaitu Musi sekarang. Banyak sarjana modern mengidentifikasi Sribuza
sebagai Palembang, ibukota kerajaan Budha Sriwijaya pada masa itu. Menurut
Yuantchao kapal yang sampai di Palembang berjumlah sekitar 35 kapal dari
Persia.
Secara
geografis, letak Sriwijaya yang berada di jalur perdagangan internasional
memberi pengaruh besar terhadap dunia luar. Beperapa peristiwa yang terjadi di
luar daerah kekuasaannya, misalnya perubahan politik di India yang saat itu di
bawah hegemoni Buddha, menjadikan Sriwijaya sebagai wilayah Buddha yang dapat
dijadikan pilihan. Ini menempatkan Sriwijaya sebagai pusat terkemuka keilmuwan
Buddha di Nusantara.
I-Tsing, yang
menghabiskan beberapa tahun di Palembang dalam perjalanannya menuju ke dan
kembali dari India, merekomendasikan Sriwijaya sebagai pusat keilmuwan Buddha
yang baik bagi para penuntut ilmu agama ini sebelum mereka melanjutkan
pelajaran ke India. Meskipun Sriwijaya sebagai pusat keilmuwan Buddha, tetapi
ia memiliki watak yang kosmopolitan. Kondisi ini memungkinkan masuknya berbagai
pengaruh atau ajaran lain, termasuk agama Islam. Watak Sriwijaya yang
kosmopolitan itulah yang memungkinkan para pengungsi Muslim Arab dan Persia
yang diusir dari Kanton setelah terjadi kerusuhan di sana, mereka melakukan
eksodus menuju Palembang untuk mencari suaka politik dari penguasa setempat.
2.2 Kerajaan-kerajaan
islam di Indonesia
v Kerajaan SAMUDRA PASAI (Abad 13
M)
Di antara
hal yang harus kita perhatikan adalah :
·
Merupakan kerjaan Islam pertama di
Indonesia
·
Terletak
di Aceh
·
Raja terkenal Malik As Saleh dan Malik At Tahir
Bukti adanya kerajaan Islam Samudra Pasai
antara lain :
·
Batu Nisan Sultan Malik As Salih.
·
Catatan
Ibnu Batutah.
·
Bekas
kerajaan yang terletak di sebelah timur Lhokseumawe.
·
Cakra Donya, hadiah dari kaisar Cina yang
diberikan oleh Cheng Ho.
·
Samudra Pasai mundur karena adanya serangan
dari kerajaan Majapahit.
v Kerajaan ACEH (1514 M)
Terletak di tepi Selat Malaka (Banda Aceh).
Raja pertama Sultan Ali Mughayat Syah
kemudian diganti Salahudin dan Alaudin Riayat Syah.
Setelah
Alaudin wafat diganti Sultan Iskandar Muda.
Peninggala-peninggalan kerajaan Aceh, yaitu
:
·
Monumen
Darussalam
·
Makam
Sultan Iskadar Muda
·
Makam
Syah Kuala
·
Kherkoff
(kuburan Belanda)
v Kerajaan DEMAK (Abad 15)
Terletak
di Bintaro, Demak.
Sebelumnya
Demak adalah sebuah kadipaten pada kerajaan Majapahit.
Merupaka kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
Raja
yang memerintah:
·
Raden
Patah.
·
Adipati Unus (Pangran Sabrang Lor).
·
Sultan
Trenggono
Pemerintahan Raden Patah didukung oleh Wali
Songo yaitu:
·
Yang
bermukim di Jatim:
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) di Gresik
Sunan Ampel (Raden Ampel) di Surabaya
Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) di Bonang dekat Tuban
Sunan Drajat (Masih Munat) di Surabaya
Sunan Giri (Raden Paku) berkedudukan di Gresik
·
Yang
bermukim di Jateng
Muria (Raden Said) di
kudus
Sunan Kudus (Jafar Sodik) di kudus
Sunan Kalijaga (RM.Syahid) di demak
·
Yang
bermukim di Jabar
Sunan Gunung Jati (Fatahillah) di cirebon
Pasukan Demak juga berasil menaklukkan portugis dan
merebut Sunda Kelapa dan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (Kota
kemenangan )
Kerajaan Demak runtuh karena adanya perang saudara
setelah Sultan Trenggono wafat
Penggalan
kerajaan Demak berupa :
·
Masjid
Agung Demak
·
Piring
campa
·
Pintu
bledek/pintu petir
·
Saka tatal (tiang utama masjid)
·
Bedug
dan kentongan
·
Dampar
kencana
v Kerajaan BANTEN (1568 M)
Mula-mula
merupakan kekuasaan Demak
Fatahillah
berhasil menaklukkan Banten
Fatahillah menjadi utama dan mendapat gelar
Sunan Gunung jati
Raja
terkenal kerajaan banten:
Sultan
Ageng Tirtayasa
Peninggalan
kerajaan Banten :
·
Masjid
Banten
·
Kraton
Surosowan Benteng Speelwicjk
·
Meriam
kuno Ki Amuk
·
Pelabuhan
Karang Hantu
v Kerajaan GOA dan TALLO (Abad 15
M)
Terletak
di Makasar, Sulawesi Selatan
Raja
Goa yang terkenal Daeng Manrabia
Raja Tallo yang terkenal Karaeng Matoaya
Kerajaan Goa dan Tallo mencapai puncak
kejayaan pada masa Sultan Hasanudin yang mendapat julukan “Ayam jantan dari
Timur “.
Belanda berhasil mengalahkan Goa dan Tallo
karena penghianatan raja Aru Palaka dari Bone akhirnya Sultan Hasannudin harus
menandatangani perjanjian Bongaya
Peninggalan kerajaan Goa dan Tallo :
·
Istana kayu yang kini dijadikan museum
·
Makam
Sultan Hasannudin
·
Benteng
Fort Rotterdam
·
Benda-benda
bersejarah dalam istana
v Kerajaan TERNATE (Abad 13 M)
Terletak
di Maluku
Agama Islam di sana disebarkan oleh Sunan
Giri dari Gresik
Raja
pertama Sultan Zainal Abidin
Raja
terkenal Sultan Hairun
Hasil
utama Ternate cengkeh dan pala
Peninggalan
kerajaan Ternate :
·
Istana
Sulatan Ternate
·
Benteng
kerajaan Ternate
·
Masjid
di Ternate
v Kerajaan TIDORE (Abad13 M)
Terletak
di Maluku
Raja
yang pertama Sultan Mansur
Raja
terkenal pangeran Nuku
Antara Ternate dan Tidore sering terjadi
peperangan untuk memperluas daerah kekuasaan
Ternate
membentuk persekutuan yang disebut Uli Lima
Tidore membentuk persekutuan yang disebut
Uli Siwa (persekutuan sembilan )
Ø Peninggalan-peninggalan kerajaan
Tidore :
·
Benteng-benteng
peninggalan Portugis, Spanyol.
·
Keraton
Tidore.
·
Benda-benda
bersejarah Tidore
v Beberapa
tokoh sejarah pada masa Hindu :
v Raja Mulawarman
v Raja Purnawarman
v Raja Sima
v Raja Sanjaya
v Raja Jayabaya
v Raja Kertanegara
v Raja Hayam Wuruk
v Beberapa tokoh sejarah pada masa Budha :
v Raja Samaratungga
v Raja Balaputradewa
v Beberapa tokoh sejarah masa Islam :
v Sultan Iskandar Muda
v Raden Patah
v Sultan Ageng Tirtayasa
v Sultan Hasannudin
2.3 Peninggalan2
kerajaan islam
B. Benda Peninggalan Bersejarah pada
Masa Islam
Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai
dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman. Agama
Islam disebarluaskan oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Perkembangan
agama Islam diiringi dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia.
Kerajaan-kerajaan tersebut meninggalkan berbagai peninggalan sejarah.
Masjid
Masjid merupakan seni arsitektur Islam yang paling menonjol.
Masjid adalah tempat peribadatan umat Islam. Berbeda dengan masjid-masjid yang
ada sekarang, atap masjid peninggalan sejarah biasanya beratap tumpang bersusun.
Semakin ke atas atapnya makin kecil. Jumlah atap tumpang itu biasanya ganjil,
yaitu tiga atau lima. Atap yang paling atas berbentuk limas. Di dalam masjid
terdapat empat tiang utama yang menyangga atap tumpang.
Pada
bagian barat masjid terdapat mihrab. Di sebelah kanan mihrab ada mimbar. Di
halaman masjid biasanya terdapat menara. Keberadaan menara tidak hanya untuk
menambah keindahan bangunan masjid. Fungsi menara adalah sebagai tempat muazin
mengumandangkan azan ketika tiba waktu salat. Sebelum azan dikumandangkan,
dilakukan pemukulan tabuh atau beduk.
Contoh
masjid peninggalan sejarah Islam adalah Masjid Agung Demak dan Masjid Kudus.
Masjid Agung Demak dibangun atas perintah Wali Songo. Pembangunan masjid
dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Masjid Demak tidak memiliki menara.
Sementara masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus.
Masjid
Agung Demak. Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Salah
satu keunikan Masjid Agung Demak adalah salah satu tiangnya terbuat dari
susunan tatal. Konon, tiang ini dibuat oleh Sunan Kalijaga. Tiang dari tatal
ini kemudian diganti ketika Masjid Agung Demak dipugar pada tahun 1980.
Potongan tiang tatal ini masih tersimpan di bangsal belakang masjid. Berikut
ini daftar masjid-masjid peninggalan sejarah kerajaan Islam.
Masjid-masjid
peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia
No.
|
Nama
Masjid
|
Lokasi
Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Masjid Agung Demak
|
Demak, Jateng
|
Abad 14 M
|
K. Demak
|
2
|
Masjid Ternate
|
Ternate, Ambon
|
Abad 14 M
|
K. Ternate
|
3
|
Masjid Sunan Ampel
|
Surabaya, Jatim
|
Abad 15 M
|
-
|
4
|
Masjid Kudus
|
Kudus, Jateng
|
Abad 15 M
|
-
|
5
|
Masjid Banten
|
Banten
|
Abad 15 M
|
K. Banten
|
6
|
Masjid Cirebon
|
Cirebon, Jabar
|
Abad 15 M
|
K. Cirebon
|
7
|
Masjid Raya
|
Baiturrahman Banda
|
Aceh Abad 15 M
|
K. Aceh
|
8
|
Masjid Katangga
|
Katangga, Sulsel
|
Abad 16 M
|
K. Gowa
|
Kaligrafi
Kaligrafi
adalah tulisan indah dalam huruf Arab. Tulisan tersebut biasanya diambil dari
ayat-ayat suci Al Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid,
batu nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman. Batu nisan pertama yang
ditemukan di Indonesia adalah batu nisan pada makam Fatimah binti Maimun di
Leran, Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan
Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa.
Tulisan-tulisan
kaligrafi peninggalan sejarah Islam di Indonesia
No.
|
Kaligrafi
|
Lokasi
Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Makam Fatima binti Maimun
|
Gresik, Jatim
|
Abad 13 M
|
-
|
2
|
Makam Ratu Nahrasiyah
|
Samudra Pasai
|
Abad 14 M
|
S. Pasai
|
3
|
Makam Maulana Malik
Ibrahim
|
Gresik, Jatim
|
Abad 15 M
|
-
|
4
|
Makam S. Giri
|
Gresik, Jatim
|
Abad 15 M
|
-
|
5
|
Makam S. Gunung Jati
|
Cirebon, Jabar
|
Abad 15 M
|
Cirebon
|
6
|
Makam S. Kudus dan S.
Muria
|
Kudus, Jateng
|
Abad 15 M
|
-
|
7
|
Makan Sunan Kalijaga
|
Demak, Jateng
|
Abad 15 M
|
Demak
|
8
|
Makan raja-raja Banten
|
Banten
|
Abad 15 M
|
Banten
|
9
|
Makam raja-raja Mataram
|
Imogiri
|
Abad 16 M
|
Mataram
|
10
|
Makam raja-raja
Mangkunegaran
|
Astana Giri
|
Abad 16 M
|
Mataram
|
11
|
Makam raja-raja Gowa
|
Katangga
|
Abad 16 M
|
Gowa
|
Istana
Istana adalah
tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana berfungsi sebagai
pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya karena pengaruh Hindu dan Buddha.
Setelah Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih berlangsung. Akibatnya,
pada bangunan istana yang bercorak Islam, pengaruh Hindu dan Buddha masih
tampak. Saat ini peninggalan Islam yang berupa Istana tinggal beberapa saja.
Istana-istana
peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia
No.
|
Nama
Istana
|
Lokasi
Penemuan
|
Pembuatan
|
Peninggalan
|
1
|
Istana Kesultanan Ternate
|
Ternate, Ambon
|
Abad 14 M
|
K. Ternate
|
2
|
Istana Kesultanan Tidore
|
Tidore, Ambon
|
Abad 14 M
|
K. Tidore
|
3
|
Keraton Kasepuhan
|
Cirebon, Jabar
|
Abad 15 M
|
K. Cirebon
|
4
|
Keraton Kanoman
|
Cirebon, Jabar
|
Abad 15 M
|
K. Cirebon
|
5
|
Keraton Kesultanan Aceh
|
NAD
|
Abad 15 M
|
K. Aceh
|
6
|
Istana Sorusuan
|
Banten
|
Abad 15 M
|
K. Banten
|
7
|
Istana Raja Gowa
|
Gowa, Sulsel
|
Abad 16 M
|
K. Gowa
|
8
|
Keraton Kasultanan
|
Yogyakarta
|
Abad 17 M
|
K. Mataram
|
9
|
Keraton Pakualaman
|
Yogyakarta
|
Abad 17 M
|
K. Matara
|
Kitab
Kesusastraan Islam berkembang di Jawa dan Sumatra. Peninggalan
karya sastra yang bercorak Islam adalah suluk dan hikayat. Suluk dan hikayat
ada yang ditulis dalam bahasa daerah ada juga yang ditulis dalam bahasa Arab.
Ada juga suluk yang diterjemahkan dalam bahasa Melayu. Suluk dan hikayat dibuat
untuk mempermudah masyarakat Indonesia menangkap ajaran Islam.
Beberapa
suluk terkenal adalah syair Si Burung Pingai dan syair Perahu karya Hamzah
Fansuri serta syair Abdul Muluk dan syair gurindam dua belas karya Ali Haji.
Syair gurindam dua belas berisi nasihat kepada para pemimpin agar mereka
memimpin dengan bijaksana. Ada juga nasihat untuk rakyat biasa agar mereka
menjadi terhormat dan disegani oleh sesama manusia. Syair Abdul Muluk
menceritakan Raja Abdul Muluk.
Hikayat
adalah cerita atau dongeng yang isinya diambil dari kejadian sejarah. Di pulau
Jawa, hikayat dikenal dengan nama babad. Babad tanah Jawa menceritakan
kerajaan-kerajaan yang terdapat di Jawa. Cerita tersebut dimulai dari kerajaan
Hindu-Buddha sampai kerajaan Islam. Di Aceh ada beberapa jilid Bustan
Al-Salatin yang berisi riwayat nabi-nabi, riwayat sultansultan Aceh, dan
penjelasan penciptaan langit dan bumi. Kitab ini ditulis oleh Nuruddi
Ar-Raniri.
Pesantren
Sejak
masuknya Islam ke Indonesia, pesantren merupakan lembaga yang mengajarkan
Islam. Pesantren pertama kali didirikan di daerah Jawa dan Madura oleh para
kiai. Pesantren pertama ini dibangun pada masa Sunan Ampel yaitu pada masa
pemerintahan Prabu Kertawijaya dari Majapahit. Pesatren kemudian berkembang
pesat dan melahirkan kelompok-kelompok terpelajar. Para santri belajar bahasa
Arab, kitab Kuning, fiqih, pendalaman Al Quran, tahuhid, akhlak, dan tradisi
tasawuf.
Beberapa
pesantren besar yang ada di Indonesia antara lain Pesantren Tebuireng di
Jombang, Pesantren Lasem di Rembang, Pesantren Lirboyo di Kediri, Pesantren
Asembagus di Situbondo, Pesantren As-Shiddiqiyyah di Jakarta, Al-Kautsar Medan.
Tradisi
Beberapa tradisi Islam kita
warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam, sedekah, sekaten.
1.
Ziarah, yaitu kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama
dengan tradisi lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan
ziarah dengan cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah
membaca Al Quran atau kalimat syahadat, berdoa, begadang untuk semadi, atau
tidur dengan harapan memperoleh firasat dalam mimpi.
2.
Sedekah, acara keluarga dengan mengundang tetangga sekitar. Sedekah untuk
peristiwa gembira disebut syukuran. Sedekah untuk peristiwa sedih atau meminta
perlindungan, disebut selamatan. Sedekah meminta sesuatu disebut hajatan.
3. Sekaten, yaitu perayaan Maulid
Nabi Muhammad dalam budaya Jawa. Perayaan Sekaten dikenal di Yogyakarta,
Surakarta, Jawa Timur, dan Cirebon.
Makam
Makam merupakan tempat dikuburkannya
orang yang telah meninggal dunia. Bagi umat beragama Islam, orang yang telah
meninggal harus segera dikubur. Ciri-ciri makam kuno yang ada di Indonesia
antara lain:
·
Makam-makam
kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.
·
Makam
terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan jirat atau kijing, nisannya juga
terbuat dari batu.
·
Di
atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau
kubba.
·
Makam
dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan
makam lain atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang
berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar
(tidak beratap dan tidak berpintu).
·
Di
dekat makam biasanya dibangun masjid. Sehingga disebut masjid makam dan
biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja.
Kesenian
Tradisi Islam tidak menggambarkan
bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias masjid atau makam
Islam berupa sulur tumbuh-tumbuhan. Tersebarnya agama Islam ke Indonesia
berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan. Masyarakat mulai mengenal
tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu. Tulisan Arab Melayu
biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai
untuk menuliskan bahasa Melayu.
Huruf Arab juga berkembang menjadi
seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran dan
gambar wayang.
Sedangkan seni sastra yang berkembang
pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra
pengaruh Hindu-Buddha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia.
Bentuk seni sastra yang berkembang antara lain:
·
Hikayat
yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah.
Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis
dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal
yaitu Hikayat 1001 Malam.
·
Babad
adalah kisah rekaan pujangga keraton yang sering dianggap sebagai peristiwa
sejarah. Contohnya Babad Tanah Jawi.
·
Suluk
adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf, contohnya Suluk Sukarsa,
Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang.
·
Primbon
adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan suluk karena berbentuk kitab yang
berisi ramalan-ramalan.
Bentuk kesenian yang lain adalah seni
suara dan seni tari. Seni suara pengaruh tradisi Islam antara lain azan,
qiraah, dan kasidah. Azan adalah seruan untuk mengajak orang melakukan salat.
Qiraah merupakan seni baca Alquran secara indah. Sedangkan kasidah adalah
nyanyian pujian kepada Tuhan. Perkembangan seni tari yang mengandung unsur
Islam adalah Tari Seudati dari Aceh.