Minggu, 18 November 2012

MAKALAH TAUBAT


PERILAKU TERPUJI
TAUBAT


 

 

Oleh:

Dyah Ayu Wardani/ 13

XI IPA 2

SMA Negeri 9 Surabaya

PEMBUKAAN

Assalamu’alaikum. Wr.Wb

               Alhamdulillah dan puji syukur  kehadirat  Allah SWT kami ucapkan atas terselesainya tugas makalah penddidikan agama islam tentang “ PERILAKU TERPUJI”. Tanpa ridha dan kasih sayang serta petunjuk dari-Nya mustahil makalah ini dapat dirampungkan.

makalah ini disusun sebagai  tugas pembelajaran agama islam untuk SMA kelas XI semester ganjil. Besar harapan kami agar makalah ini dapat digunakan oleh siswa-siswi dalam mempelajari bagaimana berperilaku terpuji dalam konteks ini adalah taubat dan raja’. Kami  juga berharap bahwa dengan hadirnya makalah ini akan mempermudah para siswa dlam proses belajar disekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Akhirnya, sesuai dengan petatah “ tiada gading yang tak retak,” kami mengharapkan saran dan kritik, khususnya dari bapak/ibu pembimbing bidang studi  Agama Islam. Kebenaran dan kesempurnaan hanya milik Allah yang maha kuasa. Kami juga  mengucapkan terimakasih kepada para lembaga yang telah membantu penyelaesaian makalah ini.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

 

Surabaya, 31 September 2012

 

Penulis







I.                   Taubat


A.    Pengertian taubat

·         Jika ditinjau dari segi etimologi, term tobat adalah bentuk masdar dari kata dasar تاب- يتوب- توبة tersusun dari akar kata ت- و- ب Kata ini memiliki arti asal الرجوع (kembali). Contoh dalam kalimat تاب من ذنبه sama dengan kalimat رجع عنه , berarti ia telah meninggalkan perbuatan dosanya.

·         Dalam beberapa kamus bahasa Arab, kata tobat diartikan sebagai al-rujû’ min al-dzambi yang artinya “kembali dari perbuatan dosa”. Di dalam hadist disebutkan bahwa al-nadmu taubatun “penyesalan itu manifestasi tobat”. Orang yang bertobat kepada Allah (wa tâba ilâ Allâh) adalah kembali kepada Allah dari perbuatan maksiat dengan taat kepada-Nya (wa ra’aja ‘an al-ma’siat ilâ al-tâ’at). Jadi menurut Abu Mansur, asal dari kata tobat adalah kembali kepada Allah. yakni ketika seorang hamba telah bertobat kepada Allah, maka Allah akan kembali menerima hamba-Nya dengan pemberian ampunan.

Senada dengan pengertian di atas, Ibrahim Anis, et. al, mendefinisikan tobat sebagai berikut :

 

الاعتراف والندم والاقلاع والعزم على الاّ يعاود الانسان مااقترفه

 

Artinya : “Tobat adalah pengakuan penyesalan, pencabutan terhadap perbuatan masa lalunya yang kelam), dan itikad manusia untuk tidak membinasakan (mengulang-ulangi) dosa yang telah diperbuatnya. Oleh karenanya tobat itu dapat menghilangkan perbuatan dosa”.

menurut al-Ashfahany, tobat merupakan upaya meninggalkan perbuatan dosa dengan cara yang baik. Tobat adalah cara penyesalan yang terbaik. Masih menurut al-Ashfahany, ia mengklasifikasikan penyesalan menjadi tiga; adakalanya orang yang menyesal mengatakan “saya tidak melakukan”, atau dia berkata “saya melakukan karena sebab begini”, atau “saya melakukan dan dan saya berkehendak dan sungguh saya telah mencabutnya”. Tobat secara syara’ adalah menanggalkan perbuatan dosa karena kejelekannya, dan menyesal atas kealpaannya serta bertekad untuk meninggalkan kebiasaan buruk.

 

B.     Syarat taubat

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh orang yang bertobat agar tobatnya diterima Allah awt. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:

1.      Tobat harus dilakukan seketika juga, yaitu setelah sadar bahwa ia telah berbuat dosa.

2.      Tobat harus dilaukan dalam eadaan tidak mempunyai tanggungan hak orang lain. Contohnya adalah utang. Tobat tidak diterima sebelum utang tersebut dibayar.

3.      Tobat harus merupakan nasuha, yaitu benar-benar menyesal atas kesalahan yang diperbuat dan bertekat tidak akan mengulangi lagi.

4.      Tobat harus desertai pengakuan dan kesadaran bahwa manusia sangat membutuhkan ampunan dari Allah swt.

5.      Tobat harus diikuti dengan perbuatan baik.

 

C.     Nash-nash Al-Qur'an dan Sunnah yang memotifasi bertaubat

1. Firman Allah Ta'ala QS. At-Tahrim : 8

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا عَسَى رَبُّكُمْ أَنْ يُكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ يَوْمَ لَا يُخْزِي اللَّهُ النَّبِيَّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya."

2. Firman Allah Ta'ala QS. An-Nur: 31

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung."

3. Firman Allah Ta'ala QS. Al-Maidah : 74

أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

"Maka Mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya?. dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

4. Firman Allah Ta'ala QS. Az-Zumar : 53

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

5. Diriwayatkan Imam Muslim, dari Abu Sa'id Al-Khudri Radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِانَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

"Sungguh Allah 'Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk merima taubat pelaku dosa di siang hari, dan akan membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat pelaku dosa di malam hari."

Sungguh Allah 'Azza wa Jalla membentangkan tangan-Nya pada malam hari untuk merima taubat pelaku dosa di siang hari, . .

6. Diriwayatkan Imam muslim dan Ibnu Majah, dari Rifa'ah Al-Juhni, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُمْهِلُ حَتَّى إِذَا ذَهَبَ مِنْ اللَّيْلِ نِصْفُهُ أَوْ ثُلُثَاهُ قَالَ لَا يَسْأَلَنَّ عِبَادِي غَيْرِي مَنْ يَدْعُنِي أَسْتَجِبْ لَهُ مَنْ يَسْأَلْنِي أُعْطِهِ مَنْ يَسْتَغْفِرْنِي أَغْفِرْ لَهُ حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

"Sungguh Allah akan memberi tangguh, sehingga berlalu setengah atau sepertiga malam, lalu berfirman: ((hambaku tidak meminta kepada selain-Ku, maka siapa saja yang berdoa kepada-Ku pasti kan Ku kabulkan, siapa saja yang meminta kepadaku pasti kan kupenuhi permintaannya, siapa saja yang memohon ampun pada-ku pasti kan kuampuni sehingga terbit faja.))."

7. Diriwayatkan Imam Muslim, dari Anas bin Malik radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لَلَّهُ أَشَدُّ فَرَحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ حِينَ يَتُوبُ إِلَيْهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى رَاحِلَتِهِ بِأَرْضِ فَلَاةٍ فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وَعَلَيْهَا طَعَامُهُ وَشَرَابُهُ فَأَيِسَ مِنْهَا فَأَتَى شَجَرَةً فَاضْطَجَعَ فِي ظِلِّهَا قَدْ أَيِسَ مِنْ رَاحِلَتِهِ فَبَيْنَا هُوَ كَذَلِكَ إِذَا هُوَ بِهَا قَائِمَةً عِنْدَهُ فَأَخَذَ بِخِطَامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ اللَّهُمَّ أَنْتَ عَبْدِي وَأَنَا رَبُّكَ أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الْفَرَحِ

"Sungguh Allah sangat gembira dengan taubat hambanya ketika bertaubat kepada-Nya, melebihi senangnya seorang hamba yang bepergian dengan kendaraannya di sebuah negeri yang gersang, lalu kendaraannya tadi hilang, padahal bekal makan dan minumnya berada di atasnya, lalu ia patah harapan untuk mendapatkannya, lalu ia berteduh di bawah pohon dengan diliputi kekecewaan. Ketika seperti itu, tiba-tiba kendaraannya berdiri di sampingnya, lalu ia pegang tali kendalinya, kemudian berkata dengan gembiranya : "Ya Allah, Engkau adalah hambaku sedangkan akku adalah tuhan-Mu!! Dia telah melakukan kesalahan karena terlalu gembira."

Sebenarnya ia ingin berkata: "Ya Allah, Engkau Tuhanku dan aku hamba-Mu" tapi, lidahnya terbalik seperti di atas karena kegembiraan yang luar biasa. Maka Allah lebih gembira dengan taubat hamba-Nya melebihi kegembiraannya.

8. Diriwayatkan Ibnu Majah, dari Abu Hurairah radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

لَوْ أَخْطَأْتُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ السَّمَاءَ ثُمَّ تُبْتُمْ لَتَابَ عَلَيْكُمْ

"Seandainya kalian semua melakukan kesalahan (dosa), sehingga dosa kalian mencapai setinggi langit, kemudian kalian bertaubat pasti Allah akan mengampuni kalian." (Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al Shahihah: 2/604)

9. Diriwayatkan Ibnu Majah, dari Anas bin Malik radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ

"Setiap anak Adam pasti memiliki kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang mau bertaubat." (Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam al Misykah dan shahih sunan Ibni Majah).

 

D.    Dosa  yang wajib bertaubat

Kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan terhadap orang lain, diantaranya seperti hal-hal berikut.

  1. Tidak memuliakan anak yatim piatu, tidak menganjurkan dan memberi makan orang miskin, memakan harta dengan mencampuradukkan yang hak dengan yang bathil dan mencintai harta yang berlebihan (lihat QS Al Fajr: 15-20)
  2. Bakhil, merasa tidak cukup dan mendustakan pahala yang baik (lihat QS Al Lail : 1-13)
  3. Mengumpat, mencela, prasangka dan olok-olok (lihat QS Al humazah : 1, dan Al Hujurat : 11-13)
  4. Tidak melaksanakan rukun Islam, terutama mendirikan salat

 

E.     Hukum Taubat

Hukum taubat ada dua macam:

Pertama, wajib. Yaitu bertaubat dari meninggalkan kewajiban atau melakukan keharaman.

Kedua, sunnah. Yaitu bertaubat dari meninggalkan perkara sunnah atau melakukan perkara yang makruh.

Orang yang bertaubat dari yang pertama termasuk abrar muqtasidin. Adapun yang bertaubat dari keduanya termasuk sabiqin muqarrabin. Sedangkan orang yang tidak melakukan taubat yang pertama bisa menjadi dzalim, fasik bahkan kafir.

 

 

Firman Allah Ta'ala:

ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ

"Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang amat besar." (Faafhir: 32).

F.     Syarat Taubat

Syarat taubat jika dirincikan ada tujuh macam:

Pertama, Ikhlas untuk Allah. Yaitu ia melakukan taubat karena takut kepada Allah dan hanya mengharapkan pahala dari-Nya.

Kedua, Taubatnya sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

Taubat termasuk ibadah yang bersifat khusus yang bisa diketahui caranya hanya melalui Al-Qur'an dan As-Sunnah. Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barangsiapa yang melakukan suatu amalan ibadah yang tidak ada perintah dari kami, maka ia tertolak." (HR. Muslim, no. 2747)

Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "Orang yang beramal tidak mengharap wajah Allah, maka orang itu tidak mendapat pahala. Seperti itu juga semua perbuatan yang tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya akan tertolak. Dan setiap orang yang mengadakan perkara-perkara baru dalam urusan dien yang tidak diizinkan oleh Allah dan Rasul-Nya bukan termasuk bagian dien (Islam)."

Imam Ats-Tsauri rahimahullah berkata: "Para fuqaha' berkata: tidaklah tegak suatu ucapan kecuali dengan amal, dan tidak syah suatu amal kecuali dengan niat, dan tidak tegak suatu ucapan, amal dan niat kecuali dengan as-Sunnah." (Al-Ibanatul Kubra, karya Ibnu Baththah: 1/333)

“Taubat termasuk ibadah yang bersifat khusus yang bisa diketahui caranya hanya melalui Al-Qur'an dan As-Sunnah”

Ketiga, Harus meninggalkan dosa yang dilakukannya.

Taubat tidak mungkin dengan tetap melaksanakan dosa yang ia bertaubat darinya. Orang yang bertaubat tapi tetap melaksanakan dosa tersebut berarti ia telah berdusta dan menghina Allah 'Azza wa Jalla.

Keempat, Menyesali perbuatan dosa.

Kalau ia tidak menyesalinya, hal itu sebagai bukti bahwa ia ridla dengan perbuatan dosa tersebut dan pasti akan selalu melakukannya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: النَّدَمُ تَوْبَةٌ "Menyesal adalah (inti) taubat." (Ibnu Majah : 4252, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Menyesal adalah berangan-angan, seandainya kesempatan itu datang lagi, ia pasti akan melaksanakan kewajiban yang telah ditinggalkan, tidak akan berbuat dosa, akan istiqamah terhadap perintah Allah dan senantiasa taat kepada-Nya.

Kelima, Bertekad tidak akan mengulangi dosa itu selama-lamanya.

Kalau seandainya ia sengaja melakukan dosa tersebut, maka taubatnya batal, ia harus bertekad lagi untuk tidak mengulanginya. Tapi, barangsiapa yang tergoda oleh syetan setelah itu, lalu terjerumus melakukan dosa tersebut, ia harus bertaubat lagi, sedangkan taubatnya yang pertama tetap sah.

Dari Uqbah bin Amir radliyallah 'anhu, ada seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu berkata: "Wahai Rasulullah, salah seorang kami melakukan dosa."

Beliau berkata: "Dicatat sebagai dosa (ia berdosa)."

Ia berkata: "Kemudian ia minta ampun dan bertaubat."

eliau berkata: "Diampuni dosanya dan diterima taubatnya."

Ia berkata: "Lalu ia mengulanginya lagi dan melakukan dosa?"

Beliau berkata: "Dicatat sebagai dosa (ia berdosa)."

Ia berkata: "Kemudian ia minta ampun dan bertaubat."

Beliau berkata: "Diampuni dosanya dan diterima taubatnya, dan Allah tidak akan bosan (mengampuni dan menerima taubat) sampai kalian bosan (minta ampun dan bertaubat)." (HR. At-Thabrani dan Imam Al-Haitsami dengan isnad yang hasan)

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda yang diriwayatkan dari Rabb-nya 'Azza wa Jalla, Allah berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa." Lalu ia berkata: 'Ya Allah ampuni dosaku!' Lalu Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu ia tahu, bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosa dan menghukum dengan dosa tersebut."

Kemudian ia kembali lagi berbuat dosa dan berkata: "Ya Allah ampuni dosaku!" maka Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu ia tahu bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosa dan menghukum dengan dosa tersebut."

Kemudian ia kembali lagi berbuat dosa dan berkata: "Ya Allah ampuni dosaku!" maka Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman: "Hamba-Ku telah berbuat dosa, lalu ia tahu, bahwa ia mempunyai Tuhan yang akan mengampuni dosa dan menghukum dengan dosa tersebut. Berbuat-lah sesukamu, Aku telah mengampuni dosamu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Keenam, Mengembalikan hak kepada pemiliknya jika berkaitan dengan hak adami. Seperti mencuri, menipu dan lainnya, maka ia harus mengembalikan hak itu kepada pemiliknya, kecuali kelau setelah itu ia mengikhlaskan untuknya.

Ketujuh, Taubat dilakukan pada waktu yang tepat/masyru', yaitu sebelum dua hal:

a.       Sebelum nyawa berada di kerongkongan. Ia yakin akan segera mati sehingga tidak punya pilihan lain kecuali itu, seperti Fir'aun, dikisahkan dalam QS. Yunus: 91-92.

Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.

إِنَّ اللَّهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ

"Sesungguhnya Allah tetap menerima taubat seorang hamba selama ruh (nyawa)nya belum di tenggorokan." (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan)

b.      Sebelum Matahari terbit dari barat. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

: سَبْعَةٌ مُغَلَّقَةٌ ، وَبَابٌ مَفْتُوْحٌ لِلتَّوْبَةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا لِلجَنَّةِ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابٍ

"Surga memiliki delapan pintu; tujuh buahnya tertutup, dan ada satu buah yang terbuka untuk taubat sehingga matahari terbit dari barat." (HR. Ath-Thabrani, dicatat oleh Imam Al-Mundziri dalam Taghib Wa Tarhib dengan isnad hasan. Namun hadits ini didha'ifkan oleh Syaikh Al Albani dalam dza'if al Targhib wa al Tarhib)

"Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubatnya." (al Hadits).

G.    Syarat diterimanya taubat yaitu:

1.     Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena lainnya.

2.    Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.

3.    Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.

4.    Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak mengulangi perbuatan dosa tersebut.

5.    Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap hakNya.

6.    Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya tersebut.

7.    Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).

H.    Contoh perilaku taubat

         Diantara contoh dan tanda orang yang bertaubat adalah : Lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu disebabkan takut terjerumus lagi ke dalam dosa. Selain itu orang yang bertaubat akan lebih giat beramal karena merasa khawatir dosanya belum diampuni oleh Allah Swt.

I.    Membiasakan taubat dalam kehidupan sehari-hari

Taubat itu dilakukan setiap kita melakukan dosa, akan tetapi tentunya dosa yang berbeda. Bahkan kita harus bertaubat kepada Allah setiap saat karena mungkin saja ada dosa yang tidak terasa kita lakukan sehingga memerlukan pembersihan atau taubat.

 

J.      Contoh taubat bagi remaja

a.      Taubat dari pacaran

        Tidak diragukan lagi bahwa taubat sesuatu yang harus bagi pelaku dosa, apalagi dosa tersebut adalah dosa besar. Di antara hal yang membuat dosa bisa menjadi besar adalah jika maksiat di lakukan terus menerus. Contoh di antaranya yang menyebar di kaula muda adalah pacaran. Berpacaran sudah jelas terlarang karena merupakan jalan menuju zina. Karena tidak ada pacaran yang bisa lepas dari jalan yang haram.

        Sudah tidak diragukan lagi bahwa pacaran adalah jalan menuju zina. Karena hati bisa tegoda dengan kata-kata cinta. Tangan bisa berbuat nakal dengan menyentuh pasangan yang bukan miliknya yang halal. Pandangan pun tidak bisa ditundukkan. Dan tidak sedikit yang menempuh jalan pacaran yang terjerumus dalam zina. Makanya dapat kita katakan, pacaran itu terlarang karena alasan-alasan ini yang tidak bisa terbantahkan.

Jika taubat harus memenuhi tiga syarat tersebut, maka tiga syarat orang yang taubat dari pacaran adalah:

1. Menyesal dan sedih telah berpacaran

2. Putuskan pacar sekarang juga

3. Bertekad tidak mau pacaran lagi dan menempuh jalan yang halal dengan nikah

        Awal zina dipenuhi rasa khawatir. Coba lihat saja apa yang dilakukan oleh orang yang hendak berzina. Awalnya mereka berusaha tidak terlihat orang lain. Khawatir ada yang melihat perbuatan dosa mereka. Ujung-ujungnya dipenuhi rasa penyesalan. Karena bisa jadi si wanita hamil. Si laki dituntut tanggung jawab. Akhirnya pusing kepayang karena perut si wanita yang makin besar dan sulit ditutupi. Akhirnya yang ada adalah rasa malu. Naik ke pelaminan pun sudah dicap “jelek” karena terpaksa “Married because an accident”.

Semoga Allah mudahkan kita untuk senantiasa berada dalam kebaikan dan menjauhkan kita dari berbagai maksiat. Amin

K.    Problem solving

Apakah wanita yang berzina dan  dia bertaubat maka dosa nya akan diampuni?

Dari pertanyaan ini, mungkin banyak pendapat yang dilontarkan, tetapi hal ini pernah terjadi pada Rasulullah.

Suatu hari, Rasulullah sedang duduk di dalam masjid bersama para sahabat. Tiba-tiba datanglah seorang wanita yang kemudian masuk ke dalam masjid. Dengan ketakutan, wanita tersebut mengaku kepada Rasulullah bahwa dia telah berzina.

Mendengar hal itu, memerahlah wajah Rasulullah SAW seperti hampir meneteskan darah. Kemudian beliau bersabda kepadanya, "Pergilah, hingga engkau melahirkan anakmu."

Sembilan bulan berlalu, wanita itu akhirnya melahirkan. Dihari pertama nifasnya, dia datang kembali membawa anaknya, dan berkata kepada Rasulullah SAW: "Wahai Rasulullah, sucikanlah aku dari dosa zina"
Rasulullah melihat kepada anak wanita tersebut, dan bersabda: "Pulanglah, susuilah dia, maka jika engkau telah menyapihnya, kembalilah kepadaku."
Dengan sedih, wanita itu akhirnya kembali lagi kerumahnya.

Tiga tahun lebih berlalu, namun si wanita tetap tidak berubah pikiran. Dia datang kembali kepada Rasulullah untuk bertaubat. Dia berkata: "Wahai Rasulullah, aku telah menyapihnya, maka sucikanlah aku!"
Rasulullah SAW bersabda kembali kepada semua yang hadir disana, "Siapa yang mengurusi anak ini, maka dia adalah temanku di surga".

Sesaat kemudian beliau memerintahkan agar wanita tersebut dirajam. Setelah wanita tersebut meninggal, beliaupun menshalatinya.
Melihat hal tersebut, umar Bin Khatab merasa sangat heran sekali. Beliau berkata: "Engkau menshalatinya wahai Nabi Allah, sungguh dia telah berzina!."
Rasulullah kembali bersabda: "Sungguh dia telah bertaubat dengan satu taubat, yang seandainya taubatnya itu dibagikan kepada 70 orang dari penduduk Madinah, maka taubat itu akan mencukupinya. Apakah engkau mendapati sebuah taubat yang lebih utama dari pengorbanan dirinya untuk Allah ?" (HR. Ahmad)

Dari cerita tersebut, kami menyimpulkan bahwa sesungguhnya sebesar apapun dosa yang diperbuat, dan jika ia melakukan taubat dengan sungguh-sungguh, lebih-lebih jika taubat yang dilakukan adalah sebuah taubat nasuha, maka insya Allah diampuni dosanya. Allah akan membuka pintu taubat bagi siapapun yang ingin bertaubat.

 

DAFTAR PUSTAKA





5.       http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/13/pengertian-taubat-dan-raja%E2%80%99/


 

 

 

 

PENUTUPAN

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Alhamdulillah kami ucapkan atas selesainya makalah ini. Demikian tadi yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah kami. Tentunya masih abnyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan kami dan kurangnaya rujukan atau referensi yang ada sehubungan dengan judul makalah kami.

            Kami berharap bapak dan ibu guru memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah dikesempatan berikutnya.

            Semoga makalah  kami dapat bermanfaat bagi siswa pastinya dan umat islam pada umumnya. Amin.








                  

Minggu, 28 Oktober 2012

MASUKNYA PENGARUH HINDU, BUDHA DAN ISLAM KE INDONESIA


1.                        Hindu dan Budha

A.  Hindu

1.   1 Teori masuknya hindu budha di indonesia

 

Adanya hubungan dagang antara Indonesia dengan India berpengaruh besar terhadap masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia. Agama Budha disebarluaskan ke Indonesia oleh para Biksu, sedangkan mengenai pembawa adama Hindu ke Indonesia sejarawan mengemukakan teori sebagai berikut :


1.      Teori Brahmana,

Dengan melihat unsur-unsur budaya India yang berpengaruh ke Indonesia, J.C. van Leur  mengutarakan bahwa kaum brahmana sangat berperan dalam penyebaran agama dan kebudayaan Hindu ke Indonesia. Mereka datang atas undangan para penguasa Indonesia. Kaum brahmana diundang ke Indonesia untuk melakukan upacara khusus menjadikan seseorang menjadi pemeluk Hindu yang disebut vratyasoma.

2.      Teori tKsatria

Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch. Ia menyatakan bahwa adanya raja-raja dari India yang datang menaklukan daerah-daerah tertentu di Indonesia telah mengakibatkan penghinduan penduduk setempat. Terhadap teori ksatria, van Leur mengajukan keberatan. Menurutnya, jika memang raja-raja India pernah menaklukan daerah di Indonesia, maka hal itu akan dicatat dalam sumber-sumber sejarah baik di India maupun di Indonesia. Raja-raja India biasanya membangun sebuah tugu kemenangan yang disebut jayastamba.

3.      Kasta Waisya

Menurut N.J. Krom, golongan pedagang dari kasta waisya merupakan golongan terbesar yang dtang ke Indonesia. Mereka menetap di Indonesia dan kemudian memegang peran penting dalam proses penyebaran kebudayaan India.

4.      Teori Sudra

Teori ini menyatakan bahwa agama Hindu masuk ke Indonesia dibawa oleh kasta sudra. Mereka datang ke Indonesia dengan tujuan mengubah kehidupan karena di India mereka hanya hidup sebagai pekerja kasar dan budak.

 

5.      Teori campuran

Teori ini beranggapan bahwa baik kaum brahmana, ksatria, para pedagang, maupun golongan sudra bersama-sama menyebarkan agama Hindu ke Indonesia sesuai dengan peran masing-masing.

1.2 Pembentukan kasta
Pada sekitar tahun 1500 sebelum masehi, bangsa Arya berhasil menaklukan bangsa Dravida di India. Kemudian lahir agama Hindu yang merupakan gabungan antara kepercayaan bangsa Arya dan kepercayaan bangsa Dravida.

Agama Hindu mempunyai banyak dewa, namun yang lebih terkenal adalah Trimurti yang terdiri dari Dewa Brahmana (Dewa Pencipta), Dewa Syiwa (Dewa Perusak) dan Dewa Wisnu (Dewa Pelindung).

Ada 4 kasta dalam agam hindu,diantaranya :

1. Kasta Brahmana, merupakan kasta tertinggi dan bertugas untuk menjalankan upacara-upacara keagamaan. Yang termasuk dalam kasta ini adalah para Brahmana.

2. Kasta Ksatria, bertugas untuk menjalankan roda pemerintahan. Yang termasuk kasta ini adalah para raja, prajurit dan bangsawan.

3. Kasta Waisya, merupakan kasta dari golongan rakyat jelata seperti para petani dan pedagang.

4. Kasta Sudra, kasta yang paling rendah seperti para budak.

 
Tujuan dari pembentukan kasta adalah untuk menjaga kemurnian ras bangsa Arya yang dianggap ras paling baik, dibandingkan dengan ras bangsa Dravidayang dianggap paling rendah

B. Budha

Pada awalnya, Budha bukan merupakan sebuah agama, tetapi hanya merupakan suatu paham (aliran) dalam agama Hindu yang disebut Budhisme. Ajaran Budhisme muncul sebagai protes terhadap sistem perbedaan kasta, terutama terhadapn kasta Brahmana yang dianggap terlalu banyak mempunyai hak-hak istimewa, dan kasta-kasta lain yang dianggap terlalu membedakan kedudukan seseorang.

Paham Budhisme dikembangkan oleh Sidharta Budha Gautama, seorang putra raja Sudhodana dari kerajaan Kapilawastu, yang termasuk suku bangsa Sakya. Yang kemudian ajarannya berkembang menjadi agama Budha.

Seluruh ajaran agama Budha terdapat dalam kitab Tripitaka, yang terdiri atas :

1. Winayapitaka, berisi tentang peraturan dan hukum yang menentukan cara hidup para pemeluk agama Budha.

2. Sutrantapitaka, berisi tentang wejangan-wejangan dari sang Budha.

3. Abhidharmapitaka, berisi tentang penjelasan dan uraian mengenai agama Budha.

C. Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu Budha di Indonesia

Proses masuknya pengaruh agama Hindu dan Budha ke Indonesia terjadi sekitar abad ke 4 masehi melalui hubungan perdagangan dengan para pedagang dari India. Hal ini diperkuat dengan diketemukannya prasasti peninggalan kerajaan Kutai di Kalimantan Timur dan kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat. Masyarakat Indonesia yang paling awal menerima pengaruh dan menganut agama Hindu adalah para raja beserta keluarganya, bangsawan dan prajurit, karena merupakan kasta yang terhormat, baru kemudian rakyat jelata.

Agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia berbeda dengan yang berkembang di India. Agama dan kebudayaan Hindu Budha disesuaikan dengan kebudayaan dan kepercayaan asli bangsa Indonesia yang berintikan pada ajaran pemujaan roh leluhur (animisme dan dinamisme). Dalam bidang sastra pun terjadi penyesuaian misalnya huruf Pallawa berubah menjadi huruf Kawi dan huruf Jawa Kuno. Demikian pula dalam bentuk dan seni bangunan, candi di Indonesia berbeda dengan di India.

                          

D. kerajaan-kerajaan hindu Budha Di Indonesia

1. Kerajaan Kutai di Kalimantan Timur

Kerajaan Kutai berdiri sekitar tahun 400-500 masehi, dengan pusat pemerintahan terletak di aliran sungai Mahakam Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan tertua di Indonesia dan kerajaan bercorak Hindu.

Raja pertamanya adalah Kudungga, sedangkan raja yang terkenal adalah Raja Mulawarman, anak dari Aswawarman, cucu dari Kudungga.

Raja Mulawarman adalah penganut Hindu Syiwa. Hal ini dibuktikan dengan adanya bukti dari salah satu prasastinya yang menyebutkan tempat suci Waprakeswara, yaitu tempat suci yang selalu berhubungan dengan Trimurti (Brahmana, Wisnu dan Syiwa).

Sumber sejarah kerajaan Kutai berupa tujuh buah Yupa (tugu batu bertulis untuk peringatan upacara korban) yang diketemukan di Muarakaman daerah aliran sungai Mahakam. Yupa ditulis dengan menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sansakerta.

Kerajaan Kutai mengalami perkembangan yang pesat karena letaknya yang strategis, yaitu sebagai persinggahan kapal-kapal yang menempuh perjalanan melalui selat Makasar.

2.     Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat

sungai Gomati oleh Purnawarman yang dimaksudkan uintuk menghindari bencana banjir dan kekeringan yang terjadi di musim kemarau.

Kerajaan Tarumanegara berdiri sekitar abad ke 5 masehi, dengan pusat kerajaan di Lembah Sungai Citarum Bogor, Jawa Barat. Kerajaan tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua di Jawa Barat. Raja yang terkenal bernama Purnawarman.

·         Sumber sejarah kerajaan Tarumanegara berupa :

a. Prasasti Ciaruteun, diketemukan di Bogor. Pada prasasti ini terdapat bekas telapak kaki Raja Purnawarman yang beragama Hindu.

b. Prasasti Kebon Kopi, diketemukan di Bogor

c. Prasasti Jambu, diketemukan di Bogor. Berisi tentang nama raja kerajaan Tarumanegara yang bernama Purnawarman.

d. Prasasti Pasir Awi, diketemukan di Bogor

e. Prasasti Muara Cianten, diketemukan di Bogor

f. Prasasti Tugu, diketemukan di Cilincing, Jakarta. Berisi tentang letak ibukota kerajaan Tarumanegara.

g. Prasasti Cidanghiang (Munjul), diketemukan di Lebak, Banten.

Kerajaan Tarumanegara sudah mengenal sistem irigasi dan pencegahan banjir yang baik, hal ini terungkap melalui prasasti Tugu, yang menerangkan penggalian sungai Cabdraraga oleh Rajadirajaguru dan penggalian


3. Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah dan Jawa Timur

Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad ke 8 masehi atau sekitar tahun 732 masehi, dengan pusat kerajaan di Medang Kamulan sedangkan wilayah kekuasaannya meliputi Magelang, Muntilan, Sleman dan Yogyakarta. Raja pertamanya adalah Raja Sanjaya, seorang penganut Hindu.
·         Sumber sejarah utama kerajaan Mataram Kuno :
a. Prasasti Canggal
Prasasti Canggal diketemukan di Gunung Wukir, berangka 732 masehi, yang ditulis dengan huruf Pallawa dan menggunakan bahasa Sansakerta. Prasasti ini menceritakan tentang pendirian sebuah Lingga di desa Kunjarakunja yang bertujuan untuk memuja dewa Syiwa. Dalam prasasti ini juga dijelaskan bahwa sebelum Sanjaya naik takhta, pulau Jawa diperintah oleh Raja Sanna.
b. Prasasti Kedu atau Prasasti Balitung atau Prasasti Mantyasih
Prasasti ini terbuat dari perunggu dan berangka tahun 907 masehi. Prasasti ini berisi tentang pengganri Raja sanjaya, yaitu Rakai Panangkaran, selai itu dalam prasasti ini juga disebutkan tentang nama-nama raja Mataram kuno.
Agama Budha masuk ke Jawa Tengah pada masa pemerintahan Raja Panangkaran, dan dari keturunan Syailendra sudah ada yang memeluk agama Budha. Setelah kekuasaan Panangkaran berakhir, keluarga Syailendra terpecah menjadi dua.
a. Kerajaan Mataram Kuno yang Bercorak Hindu
Daerah kekuasaannya berada di Jawa Tengah bagian utara. Raja-rajanya yaitu Panunggalan, Warak Garung, dan Rakai Pikatan. Raja-rajanya termasuk kedalam Dinasti Sanjaya. Peninggalan yang berupa candi, yaitu komplek Candi Dieng (Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Puntadewa, Candi Nakula dan Candi Sadewa) yang dibangun oleh Dinasti Sanjaya.
b. Kerajaan Mataram Kuno yang Bercorak Budha
Deerah kekuasaannya berada di Jawa Tengah bagian selatan. Raja-rajanya yaitu, Dharanendra, Samaratungga, Pramodhawardhani dan Balaputradewa. Raja-rajanya termasuk Dinasti Syailendra. Peninggalannya berupa candi, yaitu Candi Sewu, Candi Sari, Candi Pawon, Candi Mendhut, Candi Kalasan dan Candi Borobudur yang dibangun oleh Dinasti Syailendra.
Kerajaan Mataram Kuno disatukan kembali pada masa rakai Pikatan, karena Rakai Pikatan dari kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Hindu menikah dengan Pramodhawardhani putri dari Dinasti Syailendra dari kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Budha. Saat itu kerajaan Mataram Kuno yang bercorak Budha dipimpin oleh Balaputradewa, maka terjadi pertempuran atau perang saudara antara Pramodhawardhani dengan suaminya (Rakai Pikatan) di satu pihak, melawan Balaputradewa di pihak yang lain. Pada tahun 856 masehi Rakai Pikatan berhasil mengalahkan Balaputradewa, yang kemudian melarikan diri ke Sumatera dan menjadi Raja Sriwijaya.
Setelah Rakai Pikatan wafat digantikan oleh Rakai Kayuwangi, Rakai Watuhumalang, Raja Daksa, Raja Tulodong dan Raja Wawa (merupakan Dinasti Sanjaya yang terakhir).
Pada tahun 929 masehi, ibukota kerajaan Mataram Kuno dipindahkan dari Jawa Tengah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok, dan berganti nama menjadi Kerajaan Medang dengan pusat pemerintahannya di antara Gunung Semeru dan Gunung Wilis. Mpu Sindok merupakan raja pertama dari Dinasti Isyana.
4. Kerajaan Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan
Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang berdiri pada abad ke 7 masehi.
Sumber sejarah kerajaan Sriwijaya :
1)      Dari dalam negeri
1)      Prasasti Kedukan Bukit (683 m)
Ditemukan di Palembang, menceritakan tentang Dapunta Hyang Sri Jayanaga yang melakukan perjalanan suci dengan perahu dari Minanga Tamwan dengan diiringi oleh 20.000 tentara, dan kemudian membangun kota yang diberi nama Sriwijaya.
2)      Prasasti Talang Tuo (684 m)
Ditemukan di sebelah barat Palembang, menceritakan tentang pembuatan Taman Srikseta oleh Dapunta Hyang Sri Jayanaga untuk kemakmuran rakyat.
3)      Prasasti Telaga Batu
Ditemukan di Palembang, menceritakan tentang kutukan-kutukan yang sangat menyeramkan terhadap siapa saja yang melakukan tindak kejahatan dan tidak taat terhadap perintah raja.
4)      Prasasti Karang Berahi (686 M)
Ditemukan di Karang Berahi, Jambi Hulu, menceritakan tentang permintaan kepada dewa untuk menghukum setiap orang yang bermaksud jahat terhadap kerajaan Sriwijaya.
5)      Prasasti Kota Kapur (686 M)
Ditemukan di kota Kapur pulau Bangka, menceritakan tentang usaha kerajaan Sriwijaya untuk menaklukan kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
6)      Prasasti Palas Pasemah
Ditemukan di Palas Pasemah, Lampung Selatan dan menceritakan tentang didudukinya daerah Lampung selatan oleh Sriwijaya pada akhir abad ke 7 masehi.
2)      Dari luar negeri
      2.    Prasasti Ligor (Malaysia) tahun775 M
Berisi tentang pembangunan Trisamaya Catya dan Raja yang memerintah bernama Wisnu dari Dinasti Syailendra

2.    Prasasti Kanton (Cina)

Berisi tentang bantuan kerajaan Sriwijaya dalam memperbaiki sebuah kuil agama Thoo di Kanton, Cina.

3.    Berita dari Cina

Ditulis oleh seorang Pendeta Budha bernama I-Tsing.

5. Kerajaan Kediri di Jawa Timur

Kerajaan Kediri berpusat di Daha.

·         Raja-raja yang memerintah :

a. Jayawarsa

b. Bameswara

c. Jayabaya (1135 – 1157 M)

Empu Sedah menulis kitab Kakawin Bharatayudha yang kemudian dilanjutkan oleh Empu Panuluh. Selain itu Empu Panuluh juga menulis kitab Gatotkaca Sraya dan Hariwangsa.

d. Sarmeswara (1159 – 1161 M)

e. Aryeswara (1169 – 1171 M)

Membuat lencana kerajaan yang diberi nama Ganesha.

f. Kameswara (1182 – 1185 M)

Empu Tanakung mengarang kitab Wirta Sancaya dan Empu darmaja mengubah Kakawin Smaradhana.

g. Kertajaya (1190 – 1222 M)

Lencana kerajaannya bernama Sangka (siput terbang) dan Garudhamuka.

6. Kerajaan Singasari di Jawa Timur

Didirikan oleh Ken Arok, dan membangun Dinasti baru yang bernama Dinasti Rajasa.

·         Raja-raja yang memerintah :

a.      Ken Arok (1222 – 1227 M)

Merupakan pendiri kerajaan Singosari setelah mengalahkan kerajaan Kediri pada masa pemerintahan Kertajaya pada tahun 1222 M. Sumber sejarah mengenai Ken Arok dapat ditemui pada kitab Phararaton dan Negarakertagama.

b.      Anusapati (1227 – 1248 M)

Membunuh Ken Arok karena Ken Arok telah membunuh ayahnya (Raja Tunggul Ametung).
c.       Tohjoyo (1248 M)

Anak dari Ken Arok, karena dendam maka Tohjoyo membunuh Anusapati.

d.      Ranggawuni ( 1248 – 1268 M)

Memerintah setelah membunuh Tohjoyo.
7. Kerajaan Majapahit di Jawa Timur

·         Beberapa faktor yang munculnya kerajaan Majapahit :

a.      Munculnya tokoh-tokoh negarawan seperti Raden Wijaya dan Gajah Mada.

b.      Tidak ada saingan kerajaan lain di Indonesia.

c.        Di luar Indonesia tidak ada lagi kerajaan besar.

d.      Letaknya yang strategis.

 

·         Sumber sejarah tentang Kerajaan Majapahit :

a.      Kitab Sutasoma karya Empu Tantular yang didalamnya terdapat kalimat Bhineka Tunggal Ika.

b.      Kitab Negarakertagama karya Empu Prapanca yang berisi tentang silsilah kerajaan Singosari dan Majapahit.

c.       Kitab Pararaton

d.      Kitab Ying Yai Shing-Lan karya dari Ma-Huan dari Cina.
 
·         Raja-raja yang memerintah :

a.      Raden Wijaya (1293 – 1309 M)

b.       Jayanegara atau Kala gemet (1309 – 1328 M)

Pada masa pemerintahannya banyak terjadi pemberontakan, diantaranya :

1) Pemberontakan Ranggalawe di Tuban (1309 M)

2) Pemberontakan Sora (1311 M)

3) Pemberontakan Nambi ( 1316 M)

4) Pemberontakan Semi (1318 M)

5) Pemberontakan Kuti (1319 M)
 
c.       Tribhuana Tunggadewi (1328 – 1350 M)

Pada masa pemerintahannya Terjadi pemberontakan Sadeng yang dapat ditumpas oleh Gajah Mada. Atas jasanya ini Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih di kerajaan Majapahit.

d.      Hayam Wuruk (1350 – 1389 M)

Menjadi raja saat berusia 16 tahun, dan kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Sistem pemerintahannya sudah teratur dengan sangat baik seperti adanya Sapta Prabu, Dewan Menteri Besar dan Dewan Menteri di tingkat pusat, kemudian Bupati di tingkat tengah dan kepala desa di tingkat bawah.

e. Wikramawardhana (1389 – 1429 M)

Terjadi perang saudara yang lebih dikenal dengan Perang Paregreg.

·         Faktor-faktor yang menyebabkan hancurnya Kerajaan Majapahit :

a. Perang saudara

b. Masuknya agama Islam

c. Tidak adanya tokoh yang mampu memimpin dengan baik.
 
·         Peninggalan-peninggalan kerajaan Majapahit :

a. Candi Jabung (Kraksaan, Probolinggo)

b. Candi Tigawangi dan Candi Surawana (Pare, Kediri)

c. Candi Tikus (Trowulan, Mojokerto)

d. Candi Panataran, Candi Sawentar dan Candi Sumberjati (Blitar)

     E. peninggalan-peninggalan kerajaan hindu Budha   hingga saat ini

Pada masa kerajaan Hindu-Budha di Nusantara, banyak meninggalkan sumber sejarah, baik berupa bangunan kuno (seni bangun), prasasti, hasil kesusastraan. Berikut beberapa peninggalan sejarah yang bercorak Hindu- Budha.

a. Seni bangun

Peninggalan-peninggalan sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian, pemandian, keraton, makam. Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang bersifat Hindu, sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika. Diantara candi-candi Hindu, di Jawa Tengah terdapat Candi Prambanan.

Candi Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu yang didirikan abad ke VIII M. Candi ini terletak di desa Prambanan Sleman, Jogjakarta. Candi ini adalah candi Hindu. Fungsinya adalah sebagai tempat pemujaan (kuil). Candi ini terdiri dari Candi Siwa, Candi Brahma dan Candi Wisnu. Bangunan candi yang tertinggi adalah yang di tengah yang bersifat Siwa. Pada ruangan candi kita menemukan arca Durga Mahisasuramardini. Arca ini juga dikenal juga dengan nama Roro Jongrang. Pada dinding candi Prambanan terdapat relief yang menggambarkan cerita Ramayana. Selain candi Prambanan di Jawa Tengah masih terdapat candi Hindu di Jawa Tengah seperti candi Gedong Sango, percandian Dieng, Ratu Baka, Candi Kalasan dan sebagainya. Di Jawa Timur terdapat candi Singasari, candi Kidal, Candi Panataran, dan kompleks percandian di Trowulan Mojokerto.

Disamping candi Hindu, juga terdapat banyak peninggalan yang bersifat Budhis. Pada masa kerajaan Sriwijaya ditemukan candi Muara takus di daerah Jambi. Di Jawa Tengah ada Stupa Borobudur, candi Mendut dan candi Pawon. Bangunan-bangunan ini berfungsi sebagai tempat ibadah. Sampai sekarang peninggalan-peninggalan tersebut masih dipergunakan oleh umat Budha untuk pelaksanaan upacara memperingati hari Waisak.

Peninggalan-peninggalan sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian, pemandian, keraton, makam. Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang bersifat Hindu, sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika. Candi Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu sedangkan Stupa Borobudur bersifat Budha. Kedua monumen tersebut terletak di Jawa Tengah.

Di samping ke dua bangunan bersejarah tersebut, berikut beberapa peninggalan sejarah dari masa Hindu dan Budha yang pernah diketemukan seperti yang tertera berikut:

b. Seni Rupa dan Seni Ukir.

Pengaruh India membawa perkembangan dalam bidang seni rupa dan seni ukir atau pahat. Hal ini disebabkan adanya akulturasi. Misalnya relief yang dipahatkan pada dinding candi Borobudur yang merupakan relief tentang riwayat Sang Budha. Relief ini dikenal dengan Karma Wibangga yang dipahatkan dalam salah satu dinding Studa Borobudur.

c. Seni Sastra dan Aksara

Hasil sastra berbentuk prosa atau puisi : isinya antara lain tentang tutur (pitutur : kitab keagamaan), wiracarita (kepahlawanan), kitab Hukum (Undang-Undang).

Wiracarita yang terkenal di Indonesia yaitu Kitab Ramayana dan Mahabarata. Timbul wiracarita gubahan pujangga Indonesia. Misalnya, Kitab Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh.

Perkembangan aksara, perkembangan huruf Pallawa dari India ke Indonesia, mengakibatkan berkembangnya karya-karya sastra. Misal, karya-karya sastra Jawa kuno. Huruf Nagari (dari India) disertai huruf Bali kuno (dari Indonesia).
 
d. Sistem Kemasyarakatan.

Sistem kasta merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajad orang yang bersangkutan. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini muncul dalam masyarakat Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat empat kasta yaitu kasta Brahmana, Ksatria, Weisya dan Sudra. Sistem kasta ini bukan asli Indonesia.
 
e. Filsafat dan Sistem Kepercayaan.

Kepercayaan asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme. percaya adanya kehidupan sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan maka roh nenek moyang dipuja.

Masuknya pengaruh India tidak menyebabkan pemujaan terhadap roh nenek moyang hilang. Hal ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di India sebagai tempat pemujaan. Di Indonesia, selain sebagai tempat pemujaan, candi juga berfungsi sebagai makam raja dan untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah wafat.

Dapat terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan diatasnya didirikan patung raja dalam bentuk mirip dewa. Hal tersebut merupakan perpaduan antara fungsi candi di India dengan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.
 
f. Sistem Pemerintahan

Pengaruh India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan secara sederhana. Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut diubah menjadi raja serta wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya namanya ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.

Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.

 
2.  ISLAM

2.1 Teori Masuknya Islam ke Indonesia

Islam merupakan agama dengan pemeluk terbesar di Indonesia. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha para juru dakwah agama Islam dalam melakukan islamisasi di  Indonesia. Islamisasi adalah istilah umum yang biasa dipergunakan untuk menggambarkan proses persebaran Islam di Indonesia pada periode awal (abad 7-13 M), terutama menyangkut waktu kedatangan, tempat asal serta para pembawanya, yang terjadi tidak secara sistematis dan terencana. Inilah definisi  islamisasi  yang dimaksud dalam tulisan ini. Metodologi tulisan ini sepenuhnya merupakan penelitian kepustakaan (library research). Di sini penulis akan mencoba menguraikan beberapa pandangan mengenai teori Islamisasi di Indonesia secara deskriptif-analitis. Pembahasan mengenai masuknya Islam ke Indonesia sangat menarik terkait dengan banyaknya perbedaan pendapat di kalangan sejarawan. Masing-masing pendapat menggunakan berbagai sumber, baik dari arkeologi, beberapa tulisan dari berbagai sumber. Ada tiga pendapat tentang waktu masuknya Islam di Nusantara yaitu :

·         Islam Masuk ke Indonesia Pada Abad ke 7:

a.      Seminar masuknya islam di Indonesia (di Aceh) sebagian dasar adalah catatan perjalanan Al mas’udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera.

b.      Seminar mengenai Masuknya Islam ke indonesia di medan pada Ahad 21-24 Syawal 1382 H (17-20 maret 1963 H) yang salah satu kesimpulannya adalah Islam telah masuk ke Indonesia langsung dari Arab.

c.       Dari Harry W. Hazard dalam Atlas of Islamic History (1954), diterangkan bahwa kaum Muslimin masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang dilakukan oleh para pedagang muslim yang selalu singgah di sumatera dalam perjalannya ke China.

d.      Dari Gerini dalam Futher India and Indo-Malay Archipelago, di dalamnya menjelaskan bahwa kaum Muslimin sudah ada di kawasan India, Indonesia, dan Malaya antara tahun 606-699 M.

e.      Prof. Sayed Naguib Al Attas dalam Preliminary Statemate on General Theory of Islamization of Malay-Indonesian Archipelago (1969), di dalamnya mengungkapkan bahwa kaum muslimin sudah ada di kepulauan Malaya-Indonesia pada 672 M.

f.         Prof. Sayed Qodratullah Fatimy dalam Islam comes to Malaysia mengungkapkan bahwa pada tahun 674 M. kaum Muslimin Arab telah masuk ke Malaya.

g.      Prof. S. muhammmad Huseyn Nainar, dalam makalah ceramahnya berjudul Islam di India dan hubungannya dengan Indonesia, menyatakan bahwa beberapa sumber tertulis menerangkan kaum Muslimin India pada tahun 687 sudah ada hubungan dengan kaum muslimin Indonesia.

h.      W.P. Groeneveld dalam Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled From Chinese sources, menjelaskan bahwa pada Hikayat Dinasti T’ang memberitahukan adanya Aarb muslim berkunjung ke Holing (Kalingga, tahun 674). (Ta Shih = Arab Muslim).

i.    T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah (Abad 7 M).

·         Islam Masuk Ke Indonesia pada Abad ke-11:

Satu-satunya sumber ini adalah diketemukannya makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimun dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasati huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun (dimasehikan 1082)

·         Islam Masuk Ke Indonesia Pada Abad Ke-13:

a)      Catatan perjalanan Marcopolo, menyatakan bahwa ia menjumpai adanya kerajaan Islam Ferlec (mungkin Peureulack) di Aceh, pada tahun 1292 M.

b)      K.F.H. van Langen, berdasarkan berita China telah menyebut adanya kerajaan Pase (mungkin Pasai) di aceh pada 1298 M.

c)      J.P. Moquette dalam De Grafsteen te Pase en Grisse Vergeleken Met Dergelijk Monumenten uit hindoesten, menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 13.

d)      Beberapa sarjana barat seperti R.A Kern; C. Snouck Hurgronje; dan Schrieke, lebih cenderung menyimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13.

e)      Pendapat ini juga disampaikan oleh N.H. Krom dan Van Den Berg. Namun, pendapat ini memperoleh sanggahan dari : H. Agus Salim, M. Zainal Arifin Abbas, Sayeg Alwi bin Tahir Alhada, H.M Zainuddin, Hamka, Djuned Parinduri, T.W. Arnold yang berpendapat Islam masuk ke Indonesia telah dimulai sejak abad ke-7 M.

Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan para sejarawan terdapat beberapa pendapat. Ahmad Mansur Suryanegara mengikhtisarkannya menjadi tiga teori besar:

Pertama, teori Gujarat. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M.

Kedua, teori Mekkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M.

Ketiga, teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara sekitar abad ke-13 M.

Jika teori tersebut ditelaah lebih jauh, pendapat yang muncul akan cukup beragam. Bahkan beberapa diantaranya ada yang menyatakan bahwa Islam berasal dari Cina.

 Terkait teori yang menyatakan bahwa Islam di Indonesia berasal dari anak benua India, misalnya, ternyata sejarawan tidak satu kata mengenai wilayah Gujarat. Pendapat Pijnappel yang juga disokong oleh C. Snouck Hurgronje, J.P. Moquette, E.O. Winstedt, B.J.O. Schrieke, dan lain-lainnya tersebut ternyata berbeda dengan yang dikemukakan oleh S.Q. Fatimi dan G.E. Morison. Pijnapel, seorang ahli Melayu dari Universitas Leiden, Belanda, mengemukakan teori ini pada tahun 1872.

Menurut Azyumardi Azra teori ini diambil dari terjemahan Perancis tentang catatan perjalanan Sulaiman, Marco polo dan Ibnu Battutah. Kesimpulan catatan Sulaiman menyebutkan bahwa Islam di Asia Tenggara dikembangkan oleh orang-orang Arab yang bermazhab Syafii dari Gujarat dan Malabar di India. Oleh karena itu, menurut teori ini,  Nusantara menerima Islam dari India. Kenyataan bahwa Islam di Nusantara berasal dari India menurut teori ini tidak menunjukkan secara meyakinkan dilihat dari segi pembawanya. Sebagaimana dikemukakan Pijnapel, bahwa Islam di Nusantara berasal dari orang-orang Arab yang bermazhab Syafii yang bermigrasi ke Gujarat dan Malabar. Pijnappel sebenarnya memandang bahwa Islam di Nusantara disebarkan oleh orang-orang Arab. Pandangan ini cukup memberikan pengertian bahwa pada hakekatnya penyebar Islam di Nusantara adalah orang-orang Arab yang telah bermukim di India. Penjelasan ini didasarkan pada seringnya kedua wilayah India dan Nusantara ini disebut dalam sejarah Nusantara klasik. Dalam penjelasan lebih lanjut, Pijnapel menyampaikan logika terbalik, yaitu bahwa meskipun Islam di Nusantara dianggap sebagai hasil kegiatan orang-orang Arab, tetapi hal ini tidak langsung datang dari Arab, melainkan dari India, terutama dari pesisir barat, dari Gujarat dan Malabar. Jika logika ini dibalik, maka dapat dinyatakan bahwa meskipun Islam di Nusantara berasal dari India, sesungguhnya ia dibawa oleh orang-orang Arab.

Pendukung lain teori ini adalah Snouck Hurgronje. Ia berpendapat bahwa, ketika Islam telah mengalami perkembangan dan cukup kuat di beberapa kota pelabuhan di anak benua India, sebagian kaum Muslim Deccan tinggal di sana sebagai pedagang perantara dalam perdagangan Timur Tengah dengan Nusantara. Orang-orang Deccan inilah, kata Hurgronje, datang ke dunia Melayu-Indonesia sebagai penyebar Islam pertama. Orang-orang Arab menyusul kemudian pada masa-masa selanjutnya. Hubungan perdagangan Timur Tengah dan Nusantara menjadi entry point untuk melihat kehadiran Islam di Nusantara. Tetapi karena secara geografis, anak benua India berada di antara Nusantara dan Timur Tengah, maka dapat dipastikan bahwa sebagian padagang Muslim Arab dan juga Persia singgah terlebih dahulu di India sebelum mencapai Nusantara. Kenyataan ini tentu tidak diabaikan Hurgronje, hanya saja ia menekankan peran bangsa India dalam penyebaran Islam di Nusantara. Mengenai waktu kedatangannya, Hurgronje tidak menyebutkan secara pasti. Ia juga tidak menyebutkan secara pasti wilayah mana di India yang dipandang sebagai tempat asal datangnya Islam di Nusantara. Ia hanya memberikan prediksi waktu, yakni abad ke-12 sebagai periode yang paling mungkin sebagai awal penyebaran Islam di Nusantara. Dari segi metodologi sejarah, ketidakpastian tentang waktu dan tempat adalah kesalahan fundamental, sehingga argumentasi Hurgronje terlalu lemah, untuk tidak mengatakan keliru.

            Dukungan yang cukup argumentatif atas teori India disampaikan oleh W.F. Stutterheim. Ia menjawab aspek-aspek mendasar dalam sejarah, tentang di mana (ruang) dan kapan (waktu). Dengan jelas, ia menyebutkan Gujarat sebagai negeri asal Islam yang masuk ke Nusantara. Pendapatnya didasarkan pada argumen bahwa Islam disebarkan melalui jalur dagang antara Nusantara Cambay (Gujarat) Timur Tengah Eropa. Argumentasi ini diperkuat dengan pengamatannya terhadap nisan-nisan makam Nusantara yang diperbandingkan dengan nisan-nisan makam di wilayah Gujarat. Relief nisan Sultan pertama dari kerajaan Samudera (Pasai), al-Malik al-Saleh (1297 H), menurut pengamatan Stutterheim, bersifat Hinduistis yang mempunyai kesamaan dengan nisan yang terdapat di Gujarat. Kenyataan ini cukup memberikan keyakinan pada dirinya bahwa Islam datang ke Nusantara dari Gujarat. Demikian ia menjelaskan aspek ruang kedatangan Islam ke Nusantara. Penjelasan ini cukup argumentatif dan didukung data yang memadai, tetapi Stutterheim tidak memperhatikan proses Islamisasi di Gujarat. Sebagaimana dijelaskan Marison, wilayah ini baru diislamkan satu tahun setelah wafatnya sang Sultan, yaitu pada 1298 M. Pada saat bersamaan penyebaran masyarakat Islam pada periode tersebut, ketika bangsa Mongol melebarkan ekspansinya (Bagdad ditaklukan pada 1258 M), mereka mulai mencari daerah baru bagi kehidupan mereka. Seandainya Stutterheim menyebutnya sebagai proses lebih lanjut dari Islamisasi Nusantara, misalnya perkembangan Islam pada abad 14-16, bisa jadi Gujarat ikut andil memberikan pengaruhnya di Nusantara mengingat daerah itu (Gujarat) lebih dekat secara geografis ke wilayah Nusantara. Walaupun terdapat kekurangan, teori yang dikemukakan Stutterheim mendapat dukungan dari Moquette, sarjana asal Belanda.

 Penelitian Moquette terhadap bentuk batu nisan membawanya pada kesimpulan bahwa Islam di Nusantara berasal dari Gujarat. Moquette menjelaskan bahwa bentuk batu nisan, khususnya di Pasai mirip dengan batu nisan pada makam Maulana Malik Ibrahim  (822 H/1419 M) di Gresik Jawa Timur. Sedangkan bentuk batu nisan di kedua wilayah itu sama dengan batu nisan yang terdapat di Cambay (Gujarat). Kesamaan bentuk pada nisan-nisan tersebut meyakinkan Moquette bahwa batu nisan itu diimpor dari India. Dengan demikian, Islam di Indonesia, menurutnya, berasal dari India, yaitu Gujarat. Teori ini kemudian dikenal juga dengan teori batu nisan.

Teori lainnya yang menjelaskan bahwa Islam berasal dari anak benua India dikemukakan oleh S.Q. Fatimi dan dikemukakan pula oleh Tome Pires. Ada beberapa alasan mengapa kedua tokoh ini berkeyakinan bahwa Islam berasal dari Benggal (Bangladesh sekarang). Tome Pires berpendapat bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka. Pendapat ini disetujui oleh Fatimi. Bahkan lebih jauh Fatimi menjelaskan, bahwa Islam muncul pertama kali di Semenanjung Malaya adalah dari arah timur pantai, bukan dari barat Malaka, melalui Kanton, Pharang (Vietnam), Leran dan Trengganu. Proses awal Islamisasi ini, menurutnya, terjadi pada abad ke-11 M. Masa ini dibuktikan dengan ditemukannya batu nisan seorang Muslimah bernama Fatimah binti Maimun yang wafat pada tahun 475 H atau 1082 M di Leran Gresik. Menurut M.C. Ricklef, ini adalah nisan kuburan Muslim tertua yang masih dapat ditemukan di wilayah ini.

Berkenaan dengan teori batu nisan dari Stutterheim dan Moquette yang menyatakan Islam di Nusantara berasal dari India, Fatimi menentang keras pendapat ini. Menurutnya, bahwa menghubungkan seluruh batu nisan di Pasai dengan batu nisan dari Gujarat adalah suatu tindakan yang keliru. Berdasarkan hasil pengamatannya, Fatimi menyatakan, bentuk dan gaya batu nisan al-Malik al-Saleh berbeda dengan batu nisan yang ada di Gujarat. Ia berpendapat, bentuk dan gaya batu nisan itu mirip dengan batu nisan yang ada di Benggal. Oleh karena itu, batu nisan tersebut pasti didatangkan dari Benggal, bukan dari Gujarat. Analisis ini dipergunakan Fatimi untuk membangun teorinya yang menyatakan bahwa Islam di Nusantara berasal dari Benggal. Tetapi terdapat kelemahan substansial pada Fatimi, bahwa perbedaan mazhab fikih yang dianut muslim Nusantara, yaitu para pengikut mazhab Syafii dengan para pengikut mazhab Hanafi tidak menjadi perhatiannya. Perbedaan mazhab fikih ini menjadikan teori Fatimi lemah dan tidak cukup kuat diyakini kebenarannya.

 Marison, dengan penjelasannya yang lebih komprehensif, mengidentifikasi Coromandel atau Malabar sebagai daerah asal Islam di Nusantara dan itu terjadi pada akhir abad ke 13 M. Ia tidak membangun teorinya berdasarkan kemiripan batu nisan yang terdapat di beberapa tempat di Nusantara dengan yang ada di Gujarat, atau bahkan di Benggal Menurutnya, kemiripan tersebut tidak harus menunjukkan bahwa Islam Nusantara datang dari daerah-daerah tersebut. Argumentasi yang diajukannya dibangun berdasarkan riwayat Melayu dan laporan Marcopolo. Menurut berita-berita tersebut, ketika raja Pasai pertama wafat tahun 698 H/1297 M, Gujarat masih merupakan kerajaan Hindu. Cambay, Gujarat baru ditaklukan penguasa Muslim satu tahun kemudian pada 699 H/1298 M. Sebelum Marison mengemukakan pandangan ini, Arnold telah menyebutkan hal serupa. Marison, dengan demikian, memperkuat pendapat Arnold yang menyebutkan bahwa Coromandel dan Malabar merupakan daerah asal kedatangan Islam ke Nusantara. Arnold mengemukakan pendapatnya berdasarkan kesaksian Ibnu Battutah ketika mengunjungi kawasan ini pada abad ke-14 dan juga didasarkan pada kesamaan mazhab fikih di antara keduanya, yaitu Syafiï.

Sedangkan tentang teori bahwa Islam Indonesia berasal langsung dari Mekkah antara lain dikemukakan oleh Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Nieman (1861), de Hollander (1861), dan Verth (1878). Tokoh dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang mendukung teori ini di antaranya Hamka, A. Hasymi, dan Syed Muhammad Naquib Al-Attas.

Al-Attas sebagai tokoh pendukung teori ini menyebutkan, bahwa aspek-aspek atau kerakteristik internal Islam harus menjadi perhatian penting dan sentral dalam melihat kedatangan Islam di Nusantara, bukan unsur-unsur luar atau aspek eksternal. Karakteristik ini dapat menjelaskan secara gamblang mengenai bentuk Islam yang berkembang di Nusantara. Lebih lanjut Al-Attas menjelaskan bahwa penulis-penulis yang diidentifikasi sebagai India dan kitab-kitab yang dinyatakan berasal dari India oleh sarjana Barat khususnya, sebenarnya adalah orang Arab dan berasal dari Arab atau Timur Tengah atau setidaknya Persia. Sejalan dengan hal ini, Hamka menyebutkan pula bahwa kehadiran Islam di Indonesia telah terjadi sejak abad ke-7 dan berasal dari Arabia sedangkan T.W. Arnold dan Crawford lebih didasarkan pada beberapa fakta tertulis dari beberapa pengembara Cina sekitar abad ke-7 M, dimana kala itu kekuatan Islam telah menjadi dominan dalam perdagangan Barat-Timur, bahwa ternyata di pesisir pantai Sumatera telah ada komunitas muslim yang terdiri dari pedagang asal Arab yang di antaranya melakukan pernikahan dengan perempuan-perempuan lokal. Pendapat ini didasarkan pada berita Cina yang menyebutkan, bahwa pada abad ke-7 terdapat sekelompok orang yang disebut Ta-shih yang bermukim di Kanton (Cina) dan Fo-lo-an (termasuk daerah Sriwijaya) serta adanya utusan Raja Ta-shih kepada Ratu Sima di Kalingga Jawa (654/655 M).

Sebagian ahli menafsirkan Ta-shih sebagai orang Arab. Mengenai Raja Ta-shih tersebut, menurut Hamka, adalah Muawiyah bin Abu Sufyan yang saat itu menjabat sebagai Khalifah Daulah Bani Umayyah. Untuk meyakinkan asal usul Islam di Nusantara, seminar seputar masalah ini telah digelar beberapa kali. Seminar Masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia telah diselenggarakan di Medan 17-20 Maret 1969 dan seminar serupa juga diadakan di Aceh pada 10-16 Juli 1978 dan 25-30 September 1980.

Berdasarkan hasil seminar-seminar tersebut, disimpulkan bahwa Islam masuk ke Nusantara langsung dari Arabia, bukan India. Hasil seminar ini memperkuat teori bahwa Islam di Nusantara berasal dari Arab sebagaimana ditegaskan Al-Attas dan didukung oleh sejarawan Indonesia, seperti Hamka dan Muhammad Said. Kehadiran orang-orang Islam yang berasal dari Timur Tengah ke Nusantara(kebanyakan adalah dari Arab dan Persia) menurut Azyumardi Azra, ahli Islam di Asia Tenggara, terjadi pada abad ke-7.

Masa-masa awal kehadiran Islam pertama kali dilaporkan oleh seorang agamawan dan pengembara terkenal dari Cina, bernama I-Tsing. Ia menginformasikan bahwa pada 51 H/671 M, ia menumpang kapal Arab dan Persia untuk berlayar dari Kanton dan berlabuh di pelabuhan muara sungai Bhoga, yang disebut juga Sribhoga atau Sribuza, yaitu Musi sekarang. Banyak sarjana modern mengidentifikasi Sribuza sebagai Palembang, ibukota kerajaan Budha Sriwijaya pada masa itu. Menurut Yuantchao kapal yang sampai di Palembang berjumlah sekitar 35 kapal dari Persia.

Secara geografis, letak Sriwijaya yang berada di jalur perdagangan internasional memberi pengaruh besar terhadap dunia luar. Beperapa peristiwa yang terjadi di luar daerah kekuasaannya, misalnya perubahan politik di India yang saat itu di bawah hegemoni Buddha, menjadikan Sriwijaya sebagai wilayah Buddha yang dapat dijadikan pilihan. Ini menempatkan Sriwijaya sebagai pusat terkemuka keilmuwan Buddha di Nusantara.

I-Tsing, yang menghabiskan beberapa tahun di Palembang dalam perjalanannya menuju ke dan kembali dari India, merekomendasikan Sriwijaya sebagai pusat keilmuwan Buddha yang baik bagi para penuntut ilmu agama ini sebelum mereka melanjutkan pelajaran ke India. Meskipun Sriwijaya sebagai pusat keilmuwan Buddha, tetapi ia memiliki watak yang kosmopolitan. Kondisi ini memungkinkan masuknya berbagai pengaruh atau ajaran lain, termasuk agama Islam. Watak Sriwijaya yang kosmopolitan itulah yang memungkinkan para pengungsi Muslim Arab dan Persia yang diusir dari Kanton setelah terjadi kerusuhan di sana, mereka melakukan eksodus menuju Palembang untuk mencari suaka politik dari penguasa setempat.

      
2.2 Kerajaan-kerajaan islam di Indonesia

 

v Kerajaan SAMUDRA PASAI (Abad 13 M)

*   Di antara hal yang harus kita perhatikan adalah :

·         Merupakan kerjaan Islam pertama di Indonesia

·         Terletak di Aceh

·         Raja terkenal Malik As Saleh dan Malik At Tahir

*      Bukti adanya kerajaan Islam Samudra Pasai antara lain :

·         Batu Nisan Sultan Malik As Salih.

·         Catatan Ibnu Batutah.

·         Bekas kerajaan yang terletak di sebelah timur Lhokseumawe.

·         Cakra Donya, hadiah dari kaisar Cina yang diberikan oleh Cheng Ho.

·         Samudra Pasai mundur karena adanya serangan dari kerajaan Majapahit.

 

v Kerajaan ACEH (1514 M)

*      Terletak di tepi Selat Malaka (Banda Aceh).

*      Raja pertama Sultan Ali Mughayat Syah kemudian diganti Salahudin dan Alaudin Riayat Syah.

*      Setelah Alaudin wafat diganti Sultan Iskandar Muda.

*      Peninggala-peninggalan kerajaan Aceh, yaitu :

·         Monumen Darussalam

·         Makam Sultan Iskadar Muda

·         Makam Syah Kuala

·         Kherkoff (kuburan Belanda)

 

v Kerajaan DEMAK (Abad 15)

*      Terletak di Bintaro, Demak.

*      Sebelumnya Demak adalah sebuah kadipaten pada kerajaan Majapahit.

*       Merupaka kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa.
*      Raja yang memerintah:

·         Raden Patah.

·         Adipati Unus (Pangran Sabrang Lor).

·         Sultan Trenggono

*      Pemerintahan Raden Patah didukung oleh Wali Songo yaitu:

·         Yang bermukim di Jatim:

Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) di Gresik

Sunan Ampel (Raden Ampel) di Surabaya

Sunan Bonang (Makdum Ibrahim) di Bonang dekat Tuban

Sunan Drajat (Masih Munat) di Surabaya

Sunan Giri (Raden Paku) berkedudukan di Gresik

·         Yang bermukim di Jateng

Muria (Raden Said) di kudus

Sunan Kudus (Jafar Sodik) di kudus

Sunan Kalijaga (RM.Syahid) di demak

·         Yang bermukim di Jabar

Sunan Gunung Jati (Fatahillah) di cirebon

Pasukan Demak juga berasil menaklukkan portugis dan merebut Sunda Kelapa dan mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta (Kota kemenangan )

Kerajaan Demak runtuh karena adanya perang saudara setelah Sultan Trenggono wafat

*      Penggalan kerajaan Demak berupa :

·         Masjid Agung Demak

·         Piring campa

·         Pintu bledek/pintu petir

·         Saka tatal (tiang utama masjid)

·         Bedug dan kentongan

·         Dampar kencana

v Kerajaan BANTEN (1568 M)

Mula-mula merupakan kekuasaan Demak

Fatahillah berhasil menaklukkan Banten

Fatahillah menjadi utama dan mendapat gelar Sunan Gunung jati

*      Raja terkenal kerajaan banten:

Sultan Ageng Tirtayasa

*      Peninggalan kerajaan Banten :

·         Masjid Banten

·         Kraton Surosowan Benteng Speelwicjk

·         Meriam kuno Ki Amuk

·         Pelabuhan Karang Hantu

v Kerajaan GOA dan TALLO (Abad 15 M)

Terletak di Makasar, Sulawesi Selatan

Raja Goa yang terkenal Daeng Manrabia

Raja Tallo yang terkenal Karaeng Matoaya

 Kerajaan Goa dan Tallo mencapai puncak kejayaan pada masa Sultan Hasanudin yang mendapat julukan “Ayam jantan dari Timur “.

Belanda berhasil mengalahkan Goa dan Tallo karena penghianatan raja Aru Palaka dari Bone akhirnya Sultan Hasannudin harus menandatangani perjanjian Bongaya

*      Peninggalan kerajaan Goa dan Tallo :

·         Istana kayu yang kini dijadikan museum

·         Makam Sultan Hasannudin

·         Benteng Fort Rotterdam

·         Benda-benda bersejarah dalam istana

v Kerajaan TERNATE (Abad 13 M)

Terletak di Maluku

Agama Islam di sana disebarkan oleh Sunan Giri dari Gresik

Raja pertama Sultan Zainal Abidin

Raja terkenal Sultan Hairun

Hasil utama Ternate cengkeh dan pala

*      Peninggalan kerajaan Ternate :

·         Istana Sulatan Ternate

·         Benteng kerajaan Ternate

·         Masjid di Ternate

 

v Kerajaan TIDORE (Abad13 M)

Terletak di Maluku

Raja yang pertama Sultan Mansur

Raja terkenal pangeran Nuku

Antara Ternate dan Tidore sering terjadi peperangan untuk memperluas daerah kekuasaan

Ternate membentuk persekutuan yang disebut Uli Lima

Tidore membentuk persekutuan yang disebut Uli Siwa (persekutuan sembilan )

Ø  Peninggalan-peninggalan kerajaan Tidore :

·         Benteng-benteng peninggalan Portugis, Spanyol.

·         Keraton Tidore.

·         Benda-benda bersejarah Tidore

v Beberapa tokoh sejarah pada masa Hindu :

v  Raja Mulawarman

v  Raja Purnawarman

v  Raja Sima

v  Raja Sanjaya

v  Raja Jayabaya

v  Raja Kertanegara

v  Raja Hayam Wuruk

v Beberapa tokoh sejarah pada masa Budha :

v  Raja Samaratungga

v  Raja Balaputradewa

v Beberapa tokoh sejarah masa Islam :

v  Sultan Iskandar Muda

v  Raden Patah

v  Sultan Ageng Tirtayasa

v  Sultan Hasannudin

2.3 Peninggalan2 kerajaan islam

B. Benda Peninggalan Bersejarah pada Masa Islam

Agama Islam masuk ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah pedalaman. Agama Islam disebarluaskan oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Perkembangan agama Islam diiringi dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia. Kerajaan-kerajaan tersebut meninggalkan berbagai peninggalan sejarah.

Masjid

Masjid merupakan seni arsitektur Islam yang paling menonjol. Masjid adalah tempat peribadatan umat Islam. Berbeda dengan masjid-masjid yang ada sekarang, atap masjid peninggalan sejarah biasanya beratap tumpang bersusun. Semakin ke atas atapnya makin kecil. Jumlah atap tumpang itu biasanya ganjil, yaitu tiga atau lima. Atap yang paling atas berbentuk limas. Di dalam masjid terdapat empat tiang utama yang menyangga atap tumpang.

 

Pada bagian barat masjid terdapat mihrab. Di sebelah kanan mihrab ada mimbar. Di halaman masjid biasanya terdapat menara. Keberadaan menara tidak hanya untuk menambah keindahan bangunan masjid. Fungsi menara adalah sebagai tempat muazin mengumandangkan azan ketika tiba waktu salat. Sebelum azan dikumandangkan, dilakukan pemukulan tabuh atau beduk.

 

Contoh masjid peninggalan sejarah Islam adalah Masjid Agung Demak dan Masjid Kudus. Masjid Agung Demak dibangun atas perintah Wali Songo. Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Masjid Demak tidak memiliki menara. Sementara masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus.

 

Masjid Agung Demak. Pembangunan masjid dipimpin langsung oleh Sunan Kalijaga. Salah satu keunikan Masjid Agung Demak adalah salah satu tiangnya terbuat dari susunan tatal. Konon, tiang ini dibuat oleh Sunan Kalijaga. Tiang dari tatal ini kemudian diganti ketika Masjid Agung Demak dipugar pada tahun 1980. Potongan tiang tatal ini masih tersimpan di bangsal belakang masjid. Berikut ini daftar masjid-masjid peninggalan sejarah kerajaan Islam.

Masjid-masjid peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia

No.
Nama Masjid
Lokasi Penemuan
Pembuatan
Peninggalan
1
Masjid Agung Demak
Demak, Jateng
Abad 14 M
K. Demak
2
Masjid Ternate
Ternate, Ambon
Abad 14 M
K. Ternate
3
Masjid Sunan Ampel
Surabaya, Jatim
Abad 15 M
-
4
Masjid Kudus
Kudus, Jateng
Abad 15 M
-
5
Masjid Banten
Banten
Abad 15 M
K. Banten
6
Masjid Cirebon
Cirebon, Jabar
Abad 15 M
K. Cirebon
7
Masjid Raya
Baiturrahman Banda
Aceh Abad 15 M
K. Aceh
8
Masjid Katangga
Katangga, Sulsel
Abad 16 M
K. Gowa

Kaligrafi

Kaligrafi adalah tulisan indah dalam huruf Arab. Tulisan tersebut biasanya diambil dari ayat-ayat suci Al Quran. Kaligrafi digunakan sebagai hiasan dinding masjid, batu nisan, gapura masjid dan gapura pemakaman. Batu nisan pertama yang ditemukan di Indonesia adalah batu nisan pada makam Fatimah binti Maimun di Leran, Surabaya. Sedangkan kaligrafi pada gapura terdapat di gapura makam Sunan Bonang di Tuban, gapura makam raja-raja Mataram, Demak, dan Gowa.

Tulisan-tulisan kaligrafi peninggalan sejarah Islam di Indonesia

 

No.
Kaligrafi
Lokasi Penemuan
Pembuatan
Peninggalan
1
Makam Fatima binti Maimun
Gresik, Jatim
Abad 13 M
-
2
Makam Ratu Nahrasiyah
Samudra Pasai
Abad 14 M
S. Pasai
3
Makam Maulana Malik Ibrahim
Gresik, Jatim
Abad 15 M
-
4
Makam S. Giri
Gresik, Jatim
Abad 15 M
-
5
Makam S. Gunung Jati
Cirebon, Jabar
Abad 15 M
Cirebon
6
Makam S. Kudus dan S. Muria
Kudus, Jateng
Abad 15 M
-
7
Makan Sunan Kalijaga
Demak, Jateng
Abad 15 M
Demak
8
Makan raja-raja Banten
Banten
Abad 15 M
Banten
9
Makam raja-raja Mataram
Imogiri
Abad 16 M
Mataram
10
Makam raja-raja Mangkunegaran
Astana Giri
Abad 16 M
Mataram
11
Makam raja-raja Gowa
Katangga
Abad 16 M
Gowa

Istana

Istana adalah tempat tinggal raja atau sultan beserta keluarganya. Istana berfungsi sebagai pusat pemerintahan. Adanya istana sebenarnya karena pengaruh Hindu dan Buddha. Setelah Islam masuk, tradisi pembangunan istana masih berlangsung. Akibatnya, pada bangunan istana yang bercorak Islam, pengaruh Hindu dan Buddha masih tampak. Saat ini peninggalan Islam yang berupa Istana tinggal beberapa saja.
Istana-istana peninggalan sejarah kerajaan Islam di Indonesia

No.
Nama Istana
Lokasi Penemuan
Pembuatan
Peninggalan
1
Istana Kesultanan Ternate
Ternate, Ambon
Abad 14 M
K. Ternate
2
Istana Kesultanan Tidore
Tidore, Ambon
Abad 14 M
K. Tidore
3
Keraton Kasepuhan
Cirebon, Jabar
Abad 15 M
K. Cirebon
4
Keraton Kanoman
Cirebon, Jabar
Abad 15 M
K. Cirebon
5
Keraton Kesultanan Aceh
NAD
Abad 15 M
K. Aceh
6
Istana Sorusuan
Banten
Abad 15 M
K. Banten
7
Istana Raja Gowa
Gowa, Sulsel
Abad 16 M
K. Gowa
8
Keraton Kasultanan
Yogyakarta
Abad 17 M
K. Mataram
9
Keraton Pakualaman
Yogyakarta
Abad 17 M
K. Matara
Kitab


Kesusastraan Islam berkembang di Jawa dan Sumatra. Peninggalan karya sastra yang bercorak Islam adalah suluk dan hikayat. Suluk dan hikayat ada yang ditulis dalam bahasa daerah ada juga yang ditulis dalam bahasa Arab. Ada juga suluk yang diterjemahkan dalam bahasa Melayu. Suluk dan hikayat dibuat untuk mempermudah masyarakat Indonesia menangkap ajaran Islam.

Beberapa suluk terkenal adalah syair Si Burung Pingai dan syair Perahu karya Hamzah Fansuri serta syair Abdul Muluk dan syair gurindam dua belas karya Ali Haji. Syair gurindam dua belas berisi nasihat kepada para pemimpin agar mereka memimpin dengan bijaksana. Ada juga nasihat untuk rakyat biasa agar mereka menjadi terhormat dan disegani oleh sesama manusia. Syair Abdul Muluk menceritakan Raja Abdul Muluk.

Hikayat adalah cerita atau dongeng yang isinya diambil dari kejadian sejarah. Di pulau Jawa, hikayat dikenal dengan nama babad. Babad tanah Jawa menceritakan kerajaan-kerajaan yang terdapat di Jawa. Cerita tersebut dimulai dari kerajaan Hindu-Buddha sampai kerajaan Islam. Di Aceh ada beberapa jilid Bustan Al-Salatin yang berisi riwayat nabi-nabi, riwayat sultansultan Aceh, dan penjelasan penciptaan langit dan bumi. Kitab ini ditulis oleh Nuruddi Ar-Raniri.
Pesantren

Sejak masuknya Islam ke Indonesia, pesantren merupakan lembaga yang mengajarkan Islam. Pesantren pertama kali didirikan di daerah Jawa dan Madura oleh para kiai. Pesantren pertama ini dibangun pada masa Sunan Ampel yaitu pada masa pemerintahan Prabu Kertawijaya dari Majapahit. Pesatren kemudian berkembang pesat dan melahirkan kelompok-kelompok terpelajar. Para santri belajar bahasa Arab, kitab Kuning, fiqih, pendalaman Al Quran, tahuhid, akhlak, dan tradisi tasawuf.

Beberapa pesantren besar yang ada di Indonesia antara lain Pesantren Tebuireng di Jombang, Pesantren Lasem di Rembang, Pesantren Lirboyo di Kediri, Pesantren Asembagus di Situbondo, Pesantren As-Shiddiqiyyah di Jakarta, Al-Kautsar Medan.
Tradisi

Beberapa tradisi Islam kita warisi sampai sekarang, antara lain ziarah ke makam, sedekah, sekaten.

1.    Ziarah, yaitu kegiatan mengunjungi makam. Ziarah berkembang bersama dengan tradisi lain. Di Jawa, misalnya pengunjung di sebuah makam melaksankan ziarah dengan cara melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan tersebut adalah membaca Al Quran atau kalimat syahadat, berdoa, begadang untuk semadi, atau tidur dengan harapan memperoleh firasat dalam mimpi.

2.    Sedekah, acara keluarga dengan mengundang tetangga sekitar. Sedekah untuk peristiwa gembira disebut syukuran. Sedekah untuk peristiwa sedih atau meminta perlindungan, disebut selamatan. Sedekah meminta sesuatu disebut hajatan.

3.    Sekaten, yaitu perayaan Maulid Nabi Muhammad dalam budaya Jawa. Perayaan Sekaten dikenal di Yogyakarta, Surakarta, Jawa Timur, dan Cirebon.

Makam

Makam merupakan tempat dikuburkannya orang yang telah meninggal dunia. Bagi umat beragama Islam, orang yang telah meninggal harus segera dikubur. Ciri-ciri makam kuno yang ada di Indonesia antara lain:

·         Makam-makam kuno dibangun di atas bukit atau tempat-tempat yang keramat.

·         Makam terbuat dari bangunan batu yang disebut dengan jirat atau kijing, nisannya juga terbuat dari batu.

·         Di atas jirat biasanya didirikan rumah tersendiri yang disebut dengan cungkup atau kubba.

·         Makam dilengkapi dengan tembok atau gapura yang menghubungkan antara makam dengan makam lain atau kelompok-kelompok makam. Bentuk gapura tersebut ada yang berbentuk kori agung (beratap dan berpintu) dan ada yang berbentuk candi bentar (tidak beratap dan tidak berpintu).

·         Di dekat makam biasanya dibangun masjid. Sehingga disebut masjid makam dan biasanya makam tersebut adalah makam para wali atau raja. 

Kesenian

Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang menghias masjid atau makam Islam berupa sulur tumbuh-tumbuhan. Tersebarnya agama Islam ke Indonesia berpengaruh terhadap bidang aksara atau tulisan. Masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab Melayu. Tulisan Arab Melayu biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu.

Huruf Arab juga berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran dan gambar wayang.

Sedangkan seni sastra yang berkembang pada awal periode Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu-Buddha dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Bentuk seni sastra yang berkembang antara lain:

·         Hikayat yaitu cerita atau dongeng yang berpangkal dari peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk peristiwa atau tokoh sejarah. Hikayat ditulis dalam bentuk gancaran (karangan bebas atau prosa). Contoh hikayat yang terkenal yaitu Hikayat 1001 Malam.

·         Babad adalah kisah rekaan pujangga keraton yang sering dianggap sebagai peristiwa sejarah. Contohnya Babad Tanah Jawi.

·         Suluk adalah kitab yang membentangkan soal-soal tasawuf, contohnya Suluk Sukarsa, Suluk Wijil, Suluk Malang Sumirang.

·         Primbon adalah hasil sastra yang sangat dekat dengan suluk karena berbentuk kitab yang berisi ramalan-ramalan.

Bentuk kesenian yang lain adalah seni suara dan seni tari. Seni suara pengaruh tradisi Islam antara lain azan, qiraah, dan kasidah. Azan adalah seruan untuk mengajak orang melakukan salat. Qiraah merupakan seni baca Alquran secara indah. Sedangkan kasidah adalah nyanyian pujian kepada Tuhan. Perkembangan seni tari yang mengandung unsur Islam adalah Tari Seudati dari Aceh.